Jumat, Oktober 30, 2009

Tak Ada Yang Kebal Hukum SBY Serahkan Kasus Pejabat KPK Sesui Prosedur Hukum



KRC, jakarta
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat (30/10) di Kantor Kepresidenan, Jakarta, akhirnya memberikan keterangan resmi terkait penetapan dua pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (nonaktif), Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah, sebagai tahanan Mabes Polri.

Di antara beberapa poin yang disampaikan, Presiden menerangkan, dirinya menolak disebut peragu dalam kasus KPK versus Polri. Beberapa pihak memang meminta SBY segera bertindak atas kasus tersebut.

"Ada yang bilang SBY ragu-ragu. Saya katakan, tidak. Saya harus menjaga aturan main sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Ini berlaku bagi semuanya, mulai dari pembantu saya di kabinet, kader Partai Demokrat, hingga saudara dan kerabat dekat saya. Saya ingin adil. Yang penting penyidik melakukan tugasnya dengan benar dan profesional," kata SBY.

Presiden juga menolak disebut-sebut melakukan pembiaran terhadap kasus ini. Menurutnya, gesekan terkait kewenangan antarlembaga negara bukan kewenangan Presiden untuk menengahinya.

Namun, SBY mengatakan, dirinya pernah mempertemukan pucuk pimpinan KPK, Polri, dan Kejaksaan Agung untuk duduk bersama agar gesekan antarlembaga tidak terjadi. Selain itu, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat ini juga telah menerima masing-masing pimpinan lembaga penegakan hukum secara terpisah. Melalui kesempatan tersebut, Presiden kembali menegaskan bahwa pemberantasan korupsi tetap menjadi agenda pemerintahannya selama lima tahun mendatang.

"Jika di negeri ini ada upaya untuk membubarkan KPK, saya akan berdiri di depan untuk melawan upaya itu. Justru dalam lima tahun ke depan, pemberantasan korupsi harus lebih gigih. KPK punya peran yang sangat penting," ujarnya. SBY berharap masyarakat berhati-hati menggunakan kata kriminalisasi.

"Kriminalisasi itu terjadi ketika anggota KPK melakukan pelanggaran, tetapi malah institusi KPK yang dinyatakan bersalah dan diminta dibubarkan," tegas SBY.(don)

Kamis, Oktober 22, 2009

Para Menteri Harus Pentingkan Bangsa & Negara Lepas Atribut Golongan Atau Kelompok


KRC, Jakarta
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta para menteri, anggota Kabinet Indonesia Bersatu II, untuk menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan partai politik, kelompok, atau golongan.

Presiden mengemukakan hal itu seusai melantik 34 menteri pada Kabinet Indonesia Bersatu II di Istana Negara, Jakarta, Kamis (22/10). Dalam periode kedua pemerintahan Yudhoyono ini, kali ini bersama Wakil Presiden Boediono, sebanyak 19 dari 34 menteri berasal dari partai politik.

Di antara mereka bahkan ada ketua umum parpol, yaitu Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Suryadharma Ali yang menjadi Menteri Agama.

”Dari mana pun Saudara berasal, termasuk dari partai politik mana pun, saya berharap letakkanlah kepentingan pemerintah, bangsa, dan negara di atas kepentingan partai politik, kelompok, ataupun golongan. Jangan dibalik,” ujar Yudhoyono.

Presiden juga mengingatkan, pemerintah menganut sistem kabinet presidensial. Karena itu, dalam hubungan kerja pemerintahan, loyalitas dan pertanggungjawaban anggota kabinet harus diberikan kepada Presiden. ”Presiden adalah nakhoda. Loyalitas dan garis pertanggungjawaban Saudara adalah kepada Presiden, bukan kepada pemimpin partai politik,” ujarnya.

Terkait perangkapan jabatan anggota kabinet dan pengurus parpol, Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi mengatakan, Presiden masih melihat dan mengevaluasi laporan setiap departemen yang dipimpin menteri dari parpol itu.

Konflik kepentingan

Secara terpisah, pengamat politik Sukardi Rinakit mengemukakan, menteri yang masih duduk di jabatan formal partai politik bisa lebih mengemukakan kepentingan parpol daripada kepentingan departemen, bangsa, atau negara, apalagi saat-saat menjelang pemilu. ”Departemen yang dia pimpin bisa menjadi perpanjangan tangan parpol,” katanya.

Cendekiawan Azyumardi Azra menegaskan, apabila jabatan pada partai dan posisi sebagai menteri masih dipegang bersamaan, akan timbul konflik kepentingan. ”Hal ini kemudian berpotensi memengaruhi keutuhan kabinet,” kata mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, itu.

Azyumardi mengkhawatirkan menteri yang juga pemimpin parpol akan menegur kader partainya di legislatif yang menentang kebijakan pemerintah. Akibatnya, anggota DPR tak maksimal menjalankan fungsi pengawasan, legislasi, dan penganggaran. ”Prinsip pengawasan dan keseimbangan kekuasaan dalam berdemokrasi pun pada akhirnya terancam mati,” katanya.

Menteri yang masih memegang jabatannya di partai, misalnya sebagai ketua umum, ujar peneliti senior Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Indria Samego, adalah kejadian yang menyedihkan. Ia berharap ada perundang-undangan yang mengatur pemimpin partai tidak boleh menjadi pejabat publik.

Tidak dilarang

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, yang juga Wakil Ketua Majelis Pertimbangan Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional (DPP PAN), menyatakan, hingga saat ini Presiden tidak melarang adanya rangkap jabatan antara menteri dan jabatan parpol.

”Tadi juga disampaikan oleh Presiden, yang paling penting adalah yang bersangkutan tahu di mana loyalitasnya, dengan tempat di mana dia harus berkonsentrasi bekerja penuh untuk kepentingan bangsa dan negara selama menjabat dan bertugas sebagai menteri, juga sebagai anggota parpol,” katanya.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar, yang juga Ketua DPP PAN, menambahkan, ”Selama tidak ada larangan, kami akan tetap menjalankan perangkapan jabatan itu, tetapi yang jelas kami mengutamakan kepentingan bangsa.”

Muhaimin menandaskan pula, ”Saya jalan terus. Hanya pendelegasian tugas saja yang harus diatur. Ketua umum tetap dijalankan. Jadi, boleh saja sampai Muktamar PKB tahun 2013.”

Pendapat yang sama diutarakan Suryadharma. ”Betul, hingga kini saya masih merangkap. Saya jadi Ketua Umum PPP, kan, setelah menjadi menteri,” paparnya.

Ketua Bidang Kemahasiswaan dan Lembaga Swadaya Masyarakat DPP Partai Golkar Fadel Muhammad, yang dilantik menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan, mengatakan, ia dapat tetap bekerja di kabinet tanpa harus melepaskan jabatan di parpol. ”Selama tidak mengganggu kerja di kabinet sih enggak apa-apa,” ujarnya.

Meski demikian, Fadel mengaku akan membicarakan masalah kepengurusannya di partai itu dengan Presiden Yudhoyono maupun dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie dan DPP Golkar. Ia mengakui, tetap terdapat kemungkinan suatu ketika terjadi gesekan atau potensi konflik antara kepentingan partai dan pemerintah.

”Mudah-mudahan tidak terjadi. Tetapi, itu bisa saja, pada saat seperti itu kami akan berusaha mendamaikan, mencari kompromi agar tidak terjadi konflik antara pemerintah dan partai,” ujarnya.

Fadel menambahkan, di bawah kepemimpinan Aburizal saat ini, Golkar akan lebih sejalan dengan pemerintah.

Harus melepaskan

Sejauh ini baru Partai Demokrat dan PKS yang sepakat dengan pengaturan rangkap jabatan menteri dan parpol. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Darwin Zahedy Saleh, yang merangkap juga Ketua Bidang Ekonomi dan Keuangan DPP Partai Demokrat, mengakui partainya memiliki aturan tidak tertulis yang disepakati bersama tentang hal itu. ”Kami akan mengacu pada aturan yang dimaksud, yaitu harus melepas. Aturan itu memang tidak tertulis,” katanya.

Selain enam pengurus Partai Demokrat yang kini menjadi menteri, Presiden Yudhoyono kini menjabat ketua dewan pembina partai yang didirikannya itu pula.

Tifatul Sembiring lebih tegas lagi mengatakan, agar tidak terjadi perbenturan kepentingan, parpol mewajibkan pelepasan rangkap jabatan pengurus partai dengan jabatan publik. Di PKS, jika ada pengurus partai yang terpilih menjadi pejabat publik, jabatan di parpol itu harus dilepaskan.

”Dengan demikian, seperti saya, Anis Matta yang kini menjadi Wakil Ketua DPR, Suharna Surapranata (Menteri Negara Riset dan Teknologi), dan Suswono yang menjadi Menteri Pertanian, harus mengundurkan diri,” ujar Tifatul. (don)

Rabu, Oktober 21, 2009

Wajah Baru & lama Kabinet Sby-Budiono





KRC, Jakarta
— Inilah 34 menteri yang masuk dalam Kabinet Indonesia Bersatu II yang diumumkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Rabu (21/10) malam, terdiri atas 20 menteri departemen, 10 menteri negara, dan 4 menteri koordinator. Kamis ini mereka akan dilantik langsung oleh Presiden.


Menteri-menteri Koordinator:

1. Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan: Marsekal TNI Purn Djoko Suyanto
2. Menteri Koordinator Perekonomian: Hatta Rajasa
3. Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat: Agung Laksono
4. Menteri Sekretaris Negara: Sudi Silalahi

Menteri-menteri Departemen:

5. Menteri Dalam Negeri: Gamawan Fauzi
6. Menteri Luar Negeri: Marty Natalegawa
7. Menteri Pertahanan: Purnomo Yusgiantoro
8. Menteri Hukum dan HAM: Patrialis Akbar
9. Menteri Keuangan: Sri Mulyani
10. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral: Darwin Zahedy Saleh
11. Menteri Perindustrian: MS Hidayat
12. Menteri Perdagangan: Mari Elka Pangestu
13. Menteri Pertanian: Suswono
14. Menteri Kehutanan: Zulkifli Hasan
15. Menteri Perhubungan: Freddy Numberi
16. Menteri Kelautan dan Perikanan: Fadel Muhammad
17. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi: Muhaimin Iskandar
18. Menteri Pekerjaan Umum: Djoko Kirmanto
19. Menteri Kesehatan: Endang Rahayu Sedyaningsih
20. Menteri Pendidikan Nasional: M Nuh
21. Menteri Sosial: Salim Assegaf Aljufrie
22. Menteri Agama: Suryadharma Ali
23. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata: Jero Wacik
24. Menteri Komunikasi dan Informatika: Tifatul Sembiring

Menteri-menteri Negara:

25. Menteri Negara Riset dan Teknologi: Suharna Surapranata
26. Menteri Negara Urusan Koperasi dan UKM: Syarifudin Hasan
27. Menteri Negara Lingkungan Hidup: Gusti Moh Hatta
28. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Linda Agum Gumelar
29. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi: EE Mangindaan
29. Menteri Negara Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal: Helmy Faisal Zaini
31. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas: Armida Alisjahbana
32. Menteri Negara BUMN: Mustafa Abubakar
33. Menteri Negara Perumahan Rakyat: Suharso Manoarfa
34. Menteri Negara Pemuda dan Olahraga: Andi Mallarangeng

SBY Berjanji Sejahterakan Rakyat dan Berantas Korupsi



KRC, Jakarta
menyampaikan pidato sete¬lah pelantikannya kemarin di ruang si¬dang paripurna MPR, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menga¬wali dengan menyampaikan rasa terima kasih kepada pendampingnya dalam periode sebelum¬nya, Jusuf Kalla (JK), dan para menteri yang telah memban¬tu. SBY mengata¬kan, JK telah memberi bangsa dan negara pengabdian yang mem¬banggakan. ''Pe¬ngabdiannya akan ter¬catat abadi dalam sejarah perjalanan bangsa,'' katanya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia, me¬nurut SBY, adalah prestasi yang mem¬banggakan. Menurut dia, peran In¬donesia di dunia internasional semakin kuat. Indonesia sendiri disebut remarkable Indonesia karena kemampuannya ber¬tahan dalam krisis global. ''Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi no¬mor tiga di dunia,'' katanya.

Meski demikian, SBY berharap agar In¬donesia mewaspadai resesi yang masih ber¬langsung di dunia luar. Sebab, perda¬gangan dan investasi belum sepenuhnya pulih seperti sedia kala.

Sementara harga minyak dan komiditas yang lain masih fluktua¬tif dan bisa mengancam stabilitas ekonomi Indonesia. ''Karena itu, meskipun tanda-tanda pemulihan ekonomi mulai tampak, kita tetap harus memperkuat ekonomi sambil meminimalisir akibat dan krisis dunia,'' katanya.

SBY mengingatkan, kemampuan Indonesia bertahan dari resesi global adalah prestasi tersendiri. Namun, biasanya, kata SBY, prestasi selalu diikuti tantangan baru. Tapi, SBY percaya bahwa se¬mua tantangan itu, meski belum tahu akan seperti apa, bisa diatasi dan ditangani bersama-sama.

Stabilitas politik juga menjadi modal penting Indonesia. Tahun ini, kata SBY, rakyat telah menentukan pilihannya dalam pemilu yang berlangsung damai dan demokratis. ''Ini adalah yang ketiga kita mampu menggelar pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil,'' katanya.

Soal menang atau kalah, kata SBY, adalah hal biasa. Dalam de¬mokrasi, semua orang adalah pemenang. ''Kalau demokrasi menang, rakyat menang dan Indonesia menang,'' katanya.

Secara khusus, SBY menyampaikan rasa hormatnya kepada pa¬ra rival dalam pilpres. ''Saya ingin menyampaikan rasa hormat kepada Ibu Megawati Soekarnoputri, Bapak Prabowo Subianto, Bapak Jusuf Kalla, dan Bapak Wiranto atas partisipasi aktif dan kegigihan beliau dalam pemilu,'' kata SBY.

SBY mengajak semua kompo¬nen bangsa untuk bersatu kembali membangun bangsa. ''Dengan semangat baru dan kebersamaan, mari kita menghadapi lima tahun ke depan dengan optimisme dan percaya diri,'' tuturnya.

Dalam mengemban mandat rakyat untuk lima tahun ke depan, SBY sudah mempersiapkan program untuk seratus hari pertama, satu tahun, dan lima tahun. Esensi dari program lima tahun itu, kata dia, adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memperkuat demokrasi, dan keadilan.

SBY juga menyatakan komitmennya terhadap sistem demokrasi. Menurut dia, Indonesia sedang membangun demokrasi yang beradab. Yakni, demokrasi yang mem¬berikan ruang kebebasan hak politik untuk rakyat tanpa mengesampingkan stabilitas.

SBY juga berjanji akan terus menyejahterakan rakyat dan memberantas korupsi. ''Ke depan dengan semangat Indonesia kita bisa menjaga ekonomi Indonsia de¬ngan good governance, pemberan¬tasan korupsi, dan pengurangan kemiskinan untuk meningkatkan kesejahteraan,'' katanya.

Mengenai hubungan dengan du¬nia internasional, Indonesia akan tetap mengusung asas bebas dan aktif. Tidak menjadi musuh dari negara mana pun atau menjadikan negara lain sebagai musuh.(cc)

Minggu, Oktober 18, 2009

Gerbong Mutasi Besar-Besaran Digulirkan Mabes Polri Susno Duaji Tetap Bertengger



KRC ,JAKARTA –
Mutasi besar –besaran di jajaran Mabes Polri kembali digulirkan Sejumlah Kapolda maupun pejabat strategis Mabes Pol¬ri berganti posisi. Tetapi, dalam mu¬tasi kali ini, Kabareskrim Kom¬jen Pol Susno Duadji tetap berta¬han alias tak bergeser.

''Mutasi ini rutin dalam rangka penyegaran personel,'' ujar Wakadiv Humas Mabes Polri Brigjen Sulistyo Ishak dalam keterangannya kemarin (18/10).

Mutasi tersebut didasarkan telegram rahasia (TR) Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri bernomor TR/547/X/2009, TR / 557/X/2009, dan TR/ 567/X/2009 tertanggal 17 Oktober 2009. Mutasi atau penggantian itu dilakukan atas beberapa Kapolda serta pejabat di jajaran Mabes Polri maupun polda.

Kapolda Jawa Timur Irjen Anton Bachrul Alam dimutasi menjadi staf ahli Kapolri bidang sosial ekonomi. Penggantinya Brigjen Pratiknyo yang se¬belumnya menjabat wakil kepala Badan Intel¬kam Mabes Polri. Kapolda Lampung Brigjen Pol Ferial Manaf menempati pos baru wakil kepala Ba¬dan Intelkam Polri. Posisinya akan digantikan oleh Direktur Ekonomi Khusus (Direksus) Bareskrim Polri Brigjen Pol Edmon Ilyas.

Perpindahan posisi Edmon cukup menarik karena saat ini sebetulnya dia memimpin penyidikan kasus Bank Century. Jabatan yang ditinggalkan Edmon diisi Wakil Direktur Tipikor Bareskrim Kombes Raja Erizman. ''Sekali lagi, tidak ada yang istimewa dari mutasi ini. Itu rutin saja,'' tegas Sulistyo.

Kapolda Papua Irjen Bagus Ekodanto dimutasi menjadi Pati Mabes Polri dalam rangka memasuki pensiun. Bagus digantikan Kapolda Sulut Brigjen Bekto Suprapto. Bekto, yang juga mantan Kadensus 88 Mabes Polri, diperkirakan membuat Papua lebih kondusif. Sebab, Bekto dikenal punya pendekatan yang tegas dan tanpa pandang bulu.

Selanjutnya, Kapolda Sumsel Irjen Sisno Adiwinoto dimutasi menjadi staf ahli Kapolri. Penggan¬tinya Irjen Hasyim Irianto. Posisi Kapolda Sulut yang ditinggalkan Bekto akan diisi Brigjen Pol Her¬tian A.Y., yang sebelumnya menjabat direktur D Badan Intelkam Polri. Posisi Wakapolda Sulut ju¬ga diisi muka baru, yakni Kombespol Carlo Brix Te¬wu yang sebelumnya menjadi direktur I Kamtra¬nas Bareskrim Mabes Polri.

Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya juga berganti. Pejabat lamanya, Kombes M. Iriawan, dipromosikan menjadi wakil direktur Keamanan Trans Nasional Bareskrim Mabes Polri. Iriawan adalah ''komandan'' penyidikan kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, yang melibatkan Antasari Azhar. Promosinya ke Mabes Polri menjadi hadiah karena dia dianggap berhasil.

Ketika dihubungi Jawa Pos tadi malam, Iriawan mengaku belum tahu soal promosinya. ''Saya belum terima salinan SK-nya. Pokoknya, di mana pun saya siap,'' katanya. Selanjutnya, Direskrimum Polda Metro akan dijabat Kombes Idham Azis, yang saat ini menjabat Kapolres Jakarta Barat.

Jabatan Kabid Humas Polda Metro Jaya juga berganti. Kombes Chrysnanda Dwi Laksana diangkat menjadi direktur Lalu Lintas Polda Riau. Kombes Boy Rafli, yang sebelumnya Kapoltabes Padang, menjadi penggantinya.

Chrysnandha menyatakan siap bertugas di tempat baru. ''Terima kasih atas kerja samanya selama ini,'' katanya saat dihubungi wartawan tadi malam.

Pengamat kepolisian Neta Sanusi Pane menilai mutasi Polri kali ini tak terlalu istimewa. ''Beberapa malah ada yang janggal,'' kata direktur Indonesian Police Watch (IPW) itu.

Dia mencontohkan Kapolda Jatim yang sebetulnya dinilai berprestasi baik malah dimutasi menjadi staf ahli. ''Untuk jabatan staf ahli itu, memang ada dua kemungkinan. Akan promosi lagi atau justru jadi pati (perwira tinggi) terus,'' tuturnya.

Begitu pula promosi Edmon Ilyas sebagai Kapolda Lampung dinilai janggal. ''Seharusnya tuntaskan dulu kasus-kasus Century, baru bisa bergeser. Ini tentu jadi pertanyaan publik,'' kata penulis buku Reformasi Kepolisian itu.

Sebaliknya, Susno Duadji yang kini disorot jus¬tru tidak termasuk pejabat yang dimutasi. Pa¬dahal, KPK melaporkan bahwa Susno menemui Anggoro Widjojo di Singapura. Anggoro adalah Dirut PT Masaro Radiokom yang menjadi buron setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus suap dan korupsi proyek SKRT (sistem komunikasi radio terpadu). (don)

Rabu, Oktober 14, 2009

Teka-Teki Kabinet SBY Partai Rioval tak Ajukan Menteri


KRC, Jakarta
Teka-teki apakah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) telah mengajukan daftar calon menteri terkuak sudah. Presiden terpilih Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, partai rival utamanya pada Pemilu Presiden 2009, hingga Rabu (14/10) malam ini tidak mengajukan daftar calon menteri.

"Saya menghargai sikap pimpinan PDI-P untuk tidak berkoalisi. Ini pilihan politik," ujar SBY dalam jumpa pers di kediamannya di Puri Cikeas Indah, Bogor. Sebelumnya, beredar kabar bahwa beberapa kader terbaik PDI-P, seperti Sekjen PDI-P Pramono Anung dan Ketua DPP Puan Maharani, dicalonkan menjadi calon menteri.

Terkait pencalonan Ketua Deperpu PDI-P Taufiq Kiemas sebagai Ketua MPR yang didukung oleh Partai Demokrat, SBY menegaskan, "Memang ada kesepakatan antara PDI-P dan Partai Demokrat untuk menjalin kerja sama di MPR. Tapi sampai di situ saja, tidak di DPR dan Parlemen."

Selain PDI-P, lanjut SBY, partai lainnya yang memutuskan tidak bergabung adalah Partai Hanura dan Gerindra. Sementara itu, pasca-Munas Partai Golkar, Ketua Umum terpilih Aburizal "Ical" Bakrie, kata SBY, telah menyatakan keinginannya untuk bergabung dengan Partai Demokrat di pemerintahan.

"Tetapi tentu ada aturan yang saya bangun sendiri agar ada keadilan," imbuh Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat. Dengan demikian, lanjut SBY, ada enam partai politik besar yang bergabung dengan Partai Demokrat, yaitu, PKB, PPP, PKS, PAN, Partai Demokrat, dan Golkar.(don)

Sby Siapkan Kabinet Baru dan Beri Apresiasi Yang Lengser



KRC, Cikeas
Sebuah acara perpisahan anggota Kabinet Indonesia Bersatu periode 2004-2009 dijadwalkan digelar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana pada Jumat (16/10) besok. Acara ini diselenggarakan sebagai bentuk apresiasi terhadap para menteri yang telah membantu presiden menjalankan roda pemerintahan selama lima tahun "Saya akan undang para menteri yang saat ini bertugas maupun yang pernah bertugas," ujar SBY di kediamannya di Puri Cikeas Indah, Bogor, Rabu (14/10) malam.

SBY, yang juga Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat, mengatakan, sebagian anggota KIB I akan kembali bertugas sebagai menteri di periode pemerintahan 2009-2014. Namun, mantan Menko Polkam pada era pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri tersebut enggan merinci menteri-menteri tersebut.

Berdasarkan kabar yang beredar di lapangan, sejumlah menteri yang diperkirakan bertugas kembali adalah Sri Mulyani Indrawati, Hatta Rajasa, Purnomo Yusgiantoro, Mari Elka Pangestu, dan lainnya.

Sementara itu, terkait biaya pemeriksaan kesehatan seluruh calon menteri di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta, Presiden menegaskan, hal ini dianggarkan dari lembaga kepresidenan. Tes kesehatan ini akan berlangsung pada tanggal 18-19 Oktober mendatang. Tidak hanya fisik, para calon menteri ini pun akan menjalani pemeriksaan jiwa. Menurut SBY, standar pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan kesehatan para calon presiden-calon wakil presiden pada Pemilu Presiden 2009(don)

Dibongkar kiriman 981 Butir Ekstasi di Mall

KRC MALANG–
Direktorat Narkoba Polda Jatim, Selasa malam lalu berhasil menggagalkan pengiriman narkoba jenis ekstasi di Plaza Araya, Malang . Sedikitnya 981 butir ekstasi disita polisi dari tersangka, sebelum berhasil diedarkan untuk konsumen di kawasan Malang Raya.
AKBP Firmansyah Kasat 1 Dirkoba Polda Jatim, membenarkan pengungkapan kasus tersebut. Menurutnya, selain barang bukti polisi juga mengamankan Sulistiyo, 42 tahun warga Jalan Kauman, Kecamatan Karang Ploso, yang dicurigai sebagai kurir penjualan ekstasi.
‘’Tersangka dan barang bukti kini kami amankan di Polda Jatim. Karena jumlahnya cukup banyak, kami akan terus lakukan pengembangan. Kemungkinan Sulistiyo adalah anggota jaringan penjualan narkoba di Jatim,’’ papar Firmansyah Rabu siang kemarin.
Dia menambahkan, penangkapan bermula dari informasi masyarakat yang menyebutkan ada barang mencurigakan dikirim ke Malang melalui seorang kurir. Dari situ, polisi langsung mencari keberadaan Sulistiyo yang Selasa sore lalu tengah berada di Plaza Araya. Saat itu, tersangka tengah mengambil ekstasi pesanan salah satu purel rumah hiburan di Mojokerto. Begitu ditangkap, petugas sempat ragu juga. Pasalnya, dari tangan tersangka hanya ditemukan dua bungkus kacang camilan.
‘’Tetapi, setelah kami periksa secara teliti ternyata dalam dua bungkus kacang itu terdapat 981 pil ekstasi warna pink berlogo hati. Satu bungkus kacang dioplos dengan 500 butir, dan satu bungkus lainnya dioplos 481 butir,’’ papar Firmansyah.
Dari informasi awal, lanjutnya, Sulistiyo ternyata adalah kurir freelance yang hanya bekerja jika ada pesanan saja. Setiap kali ada pesanan, tersangka mendaat keuntungan Rp 500 ribu. ‘’Kalau ada tamu yang memesan, tersangka mencarikan barang, tapi dia mengaku tidak tahu bila yang diambil adalah ekstasi,’’ ujarnya.
Tentang barang bukti berupa 981 butir ekstasi, Sulistyo mengaku mendapat order via SMS dari seseorang yang diketahui bernama MA. Dari hasil penyelidikan, diketahui MA, adalah narapidana yang sedang mendekam di LP Pamekasan Madura. Diperkirakan, barang bukti tersebut ada kaitannya dengan jaringan narkoba Jakarta dan Palembang. (dd)