Selasa, Januari 01, 2008

KOran Rakyat online Welcome 2008



Segenap Karyawan dan Wartawan Koran Rakyat Online
Dan Koran Rakyat News Mengucapkan
Welcome 2008 Semoga Sukses Selalu
Pimpinan Redaksi
Eko Anang Sutrisno,SE

Aneh Bupati Suruh Korban Bencana Ambil Bantuan Sendiri



Rakyat Minta Bantuan, Bupati Suruh Ambil Sendiri
Koran Rakyat,
BOJONEGORO - Warga Kota Bojonegoro benar-benar melewati malam pergantian tahun dalam suasana prihatin. Kontras dari kota lain yang ingar-bingar menyambut Tahun Baru, ibu kota daerah kaya minyak itu tadi malam gelap gulita karena listrik masih padam. Radar Bojonegoro (Grup Jawa Pos) melaporkan, meski surut sekitar 15-20 cm, banjir masih menggenang setinggi dada orang dewasa. Yang lebih parah, bantuan belum terbagi optimal karena lemahnya koordinasi pemerintah daerah dengan tim Badan SAR Nasional (Basarnas). Kepala Basarnas (Kabasarnas) Laksda TNI Bambang Karnoyudho mengungkapkan, tim Basarnas sulit mendistribusikan bantuan secara tepat karena tidak paham betul daerah mana yang memang masyarakatnya membutuhkan bantuan. "Akhirnya, siapa yang minta bantuan, ya kami kasih, walaupun kami tidak tahu mereka layak atau tidak," jelasnya kemarin (31/12).Dia mengungkapkan, upaya pemulihan pascabencana sebenarnya menjadi tugas pemkab dan muspida setempat. Namun, sampai hari ketiga bencana banjir kemarin, pemkab dan muspida masih sulit diajak berkoordinasi. Bahkan, saat diundang rapat koordinasi penanganan bencana pada Minggu (30/12) malam, tidak ada seorang pun dari pemkab yang hadir. "Masak yang hadir cuma Satpol PP. Lha bupati dan pejabat lainnya tidak hadir," ujarnya.Karnoyudho juga mengeluhkan kurangnya koordinasi antara aparat keamanan dengan Basarnas. Akibatnya, dia sempat ragu memarkir helikopternya di Alun-Alun Kota Bojonegoro. "Masak tidak ada petugas keamanan sama sekali," katanya.Bukan hanya Kabasarnas yang mengeluhkan lemahnya koordinasi bantuan, warga korban banjir juga merasa pemberian bantuan sangat lambat. Keluhan itu bahkan muncul dari korban banjir yang hanya berjarak 1-2 km dari posko satkorlak kabupaten di alun-alun kota. "Baru pukul 10 tadi (kemarin) kami dikirimi bungkusan nasi," ungkap Sumirah, warga Ledok Wetan, yang mengungsi di depan kantor PMI Bojonegoro kemarin. Kondisi Sumirah itu juga dialami warga banjir di sekitar satkorlak serta pendapa kabupaten seperti di Jalan Hasyim Asyari, Panglima Sudirman, Hasanuddin, Mastrip, dan M.H. Thamrin. Rata-rata mereka mengeluhkan tidak kunjung datangnya bantuan makanan matang serta obat-obatan. Padahal, mereka sangat dekat dengan posko bantuan bencana. Saat dikonfirmasi soal belum terkoordinasinya penyaluran bantuan itu, Bupati Bojonegoro M. Santoso membantah. Seperti pernyataan-pernyataan sebelumnya, dia beralasan distribusi bantuan tersendat akibat tidak ada peralatan untuk mengangkut bantuan menuju tempat-tempat pengungsian. "Perahu boat yang tersedia masih digunakan untuk evakuasi warga yang terjebak banjir," katanya. Bantahan juga datang dari Kapolwil Bojonegoro Kombespol Bambang S.W. Setelah menerima kunjungan Kapolda Irjen Pol Herman S. Sumawiredja kemarin (31/12), Bambang mengakui bahwa dirinya belum bisa memaksa anak buahnya untuk bekerja secara optimal. Sebab, beberapa sarana dan prasarana yang dimiliki kini juga kebanjiran. "Saya masih fokuskan agar anggota menyelamatkan keluarga. Kalau keluarganya belum diselamatkan, mana bisa menyelamatkan orang lain?" tuturnya.Mengenai belum tertanganinya warga terisolasi di sekitar Posko Satkorlak, Santoso malah meminta agar para korban banjir itu berinisiatif mendatangi posko untuk meminta bantuan. "Mereka kan dekat, kenapa tidak datang saja ke posko langsung?" kata Santoso yang selama banjir tinggal di rumah dinas, kompleks kabupaten, Jalan Mas Tumapel, yang terbebas dari genangan air. Menurut pengamatan koran ini di lapangan, warga Kota Bojonegoro sekitar posko memang kesulitan untuk datang langsung ke Posko Satkorlak. Genangan air yang masih sampai sedada orang dewasa membuat aktivitas keluar rumah sangat berisiko. Belum lagi, ada persyaratan untuk membuktikan kelayakan mereka mendapatkan bantuan. "Saat di Posko Satkorlak, kami ditanya mewakili korban banjir daerah mana? Apa buktinya? Jadi malah susah," ujar Majid, warga Jalan Diponegoro yang rumahnya tergenang air hingga sepinggang.Berdasar pantauan hingga kemarin sore, rata-rata permukaan banjir di Kota Bojonegoro menurun 10 cm-30 cm. Jika dibandingkan dengan hari sebelumnya, arus air yang masuk ke Kota Bojonegoro tak seberapa besar. Kondisi itu terlihat di berbagai jalan utama kota yang airnya turun dan arusnya tak begitu besar.Papan duga permukaan air Kota Bojonegoro juga mulai menunjukkan penurunan yang cukup drastis. Jika hari sebelumnya masih menunjukkan angka di atas 16 peischaal (satuan duga permukaan air), kemarin itu turun di angka 15. Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah (BPSAW) Bengawan Solo di Bojonegoro Pudjo Guntoro menjelaskan, turunnya permukaan air itu tetap harus diwaspadai karena pada Minggu (30/12) sore di daerah Solo (hulu Bengawan Solo, Red) turun hujan. "Area yang digenangi banjir berpindah ke wilayah timur, searah dengan aliran Bengawan Solo," katanya. Bergesernya banjir itu juga terlihat dari jebolnya tanggul di Baureno. Kepala Badan Kesbanglinmas Soedaryanto kepada wartawan koran ini menjelaskan, saat ini 126 desa di 15 kecamatan terkena banjir akibat luapan Bengawan Solo. Hanya, untuk kerugian, dia belum dapat menjelaskan secara rinci. "Kalau korban jiwa, kami belum mendapatkan laporan," tegasnya. Kunjungan Gubernur Tertutupnya jalur utama menuju Bojonegoro dan sebaliknya membuat rombongan Gubernur Jawa Timur Imam Utomo yang berkunjung kemarin pagi terhenti di depan Stasiun Kota Bojonegoro. Untuk menuju Pemkab Bojonegoro, mereka naik trailer hingga pertigaan Sumbang karena akses jalan masih tergenang. Selanjutnya, rombongan naik perahu boat menyusuri Jalan Diponegoro hingga depan Lapas Bojonegoro. Mereka lantas berjalan kaki menuju pemkab yang berjarak sekitar 500 meter.Di kantor pemkab, gubernur diterima Bupati Bojonegoro M. Santoso, Komandan Kodim 0813 Letkol Inf Kup Yanto Setyono, dan Kapolwil Bojonegoro Kombespol Bambang Soerjo Wardjoko.Usai mendapat penjelasan dari bupati, gubernur mengunjungi daerah banjir dengan perahu boat. Rombongan gubernur menyusuri Jalan Hasyim Asyari, Jalan Panglima Sudirman, Jalan Hasanudin, Jalan Mastrip, Jalan M.H. Thamrin, Jalan Masjid, dan kembali lagi ke Jalan Panglima Sudirman serta kembali ke pendapa.Di tengah perjalanan, gubernur sempat berhenti dan berdialog dengan warga. Setelah itu gubernur memanggil sejumlah pejabat serta berdiskusi untuk mempercepat pengurangan genangan air di Kecamatan Kota Bojonegoro.Kepada wartawan koran ini Imam Utomo menjelaskan, banjir di Bojonegoro lebih parah daripada di Ngawi. "Di sini semua terendam, sementara di sana hanya jalurnya yang putus," katanya.Agar genangan air cepat surut, gubernur meminta pompa air di Kota Bojonegoro sebanyak 3 unit, ditambah dari milik Balai Besar Bengawan Solo Pemprov serta Dirjen Pengairan. "Namun, itu kita lakukan setelah air surut hingga ketinggian 14,14 meter," tegasnya.Gubernur juga menyerahkan sejumlah bantuan di antaranya uang tunai Rp 150 juta serta 13 truk berisi makanan siap saji seperti biskuit dan susu bantal. Sebelumnya 3 ribu dos mi instan juga sudah diberikan. Banjir Rambah LamonganSementara itu, ketinggian air di Bengawan Solo di perbatasan Lamongan-Bojonegoro naik drastis kemarin. Puluhan rumah di sekitar tanggul daerah Bedaan, Kecamatan Babat, Lamongan, terendam setinggi atap. Sedikitnya 150 warga mengungsi. Sebuah genset milik PDAM Lamongan yang berfungsi mengalirkan air ke pusat penjernihan juga terendam.Bupati Lamongan Masfuk beserta Dirjen PU dan Bina Marga saat mengunjungi Babat, Lamongan, mengatakan, semua daya akan dikerahkan untuk membantu korban banjir. Namun, hingga kini tangul tangkis negara di pinggiran Bengawan Solo cukup kuat untuk menahan air. (jpnn/kup)