Minggu, April 26, 2009

Jusuf Kalla Rencana Temui Prabowo


KRC, JAKARTA -
Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla mengatakan, pertemuannya dengan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto merupakan tahap awal ke arah jalinan koalisi di antara kedua parpol.

“Pembicaraan ini tahap awal. Kami akan melanjutkan lagi dengan hubungan yang lebih baik. Kami akan membangun kebersamaan, termasuk bagaimana membangun koalisi yang baik,” kata Kalla dalam keterangan pers seusai selama 45 menit menerima Prabowo dan jajaran Partai Gerindra di Posko II Partai Golkar, Jalan Ki Mangunsarkoro, Menteng, Minggu (26/4).

Ditanya tentang arah koalisi Kalla sebagai capres dan Prabowo sebagai wakilnya, Kalla menyatakan hal tersebut belum menjadi agenda pembicaraan. Hal senada disampaikan juga oleh Prabowo. “Saya kira, dari saya demikian juga begitu,” katanya.

Menurut mantan Danjen Kopassus ini, Gerindra dan Golkar menemukan banyak persamaan untuk membangun koalisi. Oleh sebab itu, dalam waktu dekat, keduanya akan berbicara lebih intensif untuk mencari persamaan yang spesifik. (jj)

Jumat, April 24, 2009

Rakernas Moncong Putih Undang Prabowo & Wiranto

KRC,JAKARTA -
PDI Perjuangan dijadwalkan menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) ke-V, Sabtu ( 25/4 ) ini, di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan.

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengatakan, seperti rakernas sebelumnya, rakernas kali ini akan melakukan evaluasi atas capaian partai.



"Rakernas besok (hari ini) melakukan evaluasi seperti rakernas PDI Perjuangan yang berjalan sebelumnya," kata Mega, Jumat ( 24/4 ) malam, seusai mengadakan pertemuan dengan Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla, di kediamannya, Jalan Teuku Umar, Jakarta Pusat.



Mega tak menjawab tegas saat ditanya kemungkinan rakernas yang dihadiri pengurus daerah PDI Perjuangan seluruh Indonesia ini, akan mengambil keputusan mengenai kepastian pencapresan Mega ataupun cawapres yang akan mendampinginya.



"Waktu kampanye, semua bilang maunya capres, sangat sulit dapat cawapres. Doakan saja di Indonesia, akan terwujud, siapa capres dan cawapres," ujarnya.



Rakernas PDI Perjuangan, juga mengundang pimpinan partai yang selama ini diketahui melakukan penjajakan koalisi dengan partai berlambang banteng moncong putih itu, di antaranya Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Partai Hanura Wiranto.(ayu)

Pertemuan Mega-JK Belum Ada Titik Temu


KRC, JAKARTA — Pertemuan antara Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla belum mengerucut pada satu keputusan untuk berkoalisi. Posisi kedua partai yang secara prinsip berbeda diakui Mega menjadi kendala.

"Seperti diketahui, selama 5 tahun terakhir PDI-P konsisten menempatkan diri sebagai partai oposisi. Sedangkan Golkar berada di barisan pemerintahan. Ada kendala, kami dari partai yang secara prinsip punya posisi yang berbeda," kata Mega dalam jumpa pers seusai pertemuan dengan Jusuf Kalla di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Menteng, Jumat (24/4) malam.

Baik Mega maupun Jusuf Kalla juga belum bisa menjawab secara tegas mengenai kemungkinan kedua partai akan berkoalisi. Kalla mengatakan, apa yang dilakukan saat ini masih dalam tahap pembicaraan awal. "Nanti pada waktunya akan mencapai kesimpulan," katanya.

"Pembicaraan tadi mengarah (koalisi), tapi untuk berkoalisi ada proses lebih lanjut. Perlu perincian, maka akan diadakan pertemuan-pertemuan lagi," lanjutnya.

Pembahasan selanjutnya akan dilakukan oleh tim kecil yang akan dibentuk masing-masing partai.(don)

Kamis, April 23, 2009

Hampir Pasti Golkar Buat Blog Baru



KRC,Jakarta -
Hingga pukul 13.50 WIB, Kamis (23/4/2009), Rapimnassus Partai Golkar masih berlangsung di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat. Golkar akan memutuskan arah koalisi, apakah membuat blok baru atau bergabung dengan blok lain. Dari hitung-hitungan perolehan suara, blok baru Golkar masih sangat terbuka lebar.

"Suara untuk membangun blok baru sangat bisa dilakukan. Sebab, bila kita gabung ke blok lain, cukup rumit, harus ada tawar menawar untuk capres dan cawapres. Sementara kita menginginkan JK maju sebagai capres," kata salah seorang pengurus DPD Golkar asal Sulawesi kepada detikcom.

Seperti apa peluang Golkar dalam membangun blok baru? Dari catatan detikcom, hingga saat ini, baru blok Partai Demokrat atau blok SBY yang sudah aman untuk mengusung capres 2009. Bila tak ada parpol lain yang digaet Demokrat untuk koalisi pilpres 2009, maka blok Demokrat sudah mengumpulkan sekitar 43,87%. Jumlah suara yang jauh melebihi syarat 25% suara sah nasional untuk bisa mengusung capres.

Jumlah suara 43,87% ini berasal dari Demokrat 20,6%, PAN 6,25%, PKS 8,15%, PKB 5,11%, PBB 1,87%, PDS 1,16%, dan PPPII 0,73%. Semua parpol tersebut sudah pasti bergabung ke Demokrat, kecuali PAN. Namun, dengan dukungan Amien Rais, PAN dipastikan memang akan bergabung ke Demokrat.

Sedangkan blok II yang sedang dibangun PDIP masih belum aman. Hingga saat ini, PDIP belum membuat kesepakatan secara resmi dengan parpol-parpol lain dalam upaya koalisi. Namun, dari berbagai pertemuan yang dilakukan PDIP yang mengarah pada koalisi strategis, blok PDIP saat ini diperkirakan sudah mendapatkan 18,37%.

Jumlah suara 18,37% ini berasal dari PDIP 14,06% dan Gerindra 4,30%. Dengan jumlah suara ini, PDIP masih harus bekerja keras untuk menggalang dan melobi parpol lain untuk bergabung sehingga bisa mendapatkan dukungan di atas 25% suara sah nasional.

Dengan peta ini, maka sebenarnya Golkar memang masih sangat terbuka untuk membentuk blok baru. Bila saja Golkar bisa menggaet PPP dan Hanura, maka partai berlambang pohon beringin ini sudah bisa mengumpulkan 23,35% suara. Hanya perlu sedikit tambahan suara lagi untuk mencapai 25%.

Meski secara matematis pembuatan blok baru bagi Golkar masih terbuka, namun para pimpinan Partai Golkar tetap menghitung faktor di luar itu. "Untuk apa membuat blok baru, kalau kita gak yakin menang. Lebih baik ya kita gabung dengan blok lain, agar lebih kuat," kata salah seorang politisi Golkar lainnya.

Namun, bila bergabung ke blok PDIP, Golkar juga akan menemui pilihan sulit. "Kalau Golkar mengajukan capres, tentu akan berhadapan dengan Megawati. Paling bisa kita mendapat posisi wapres. Tapi, saya dengar kemarin PDIP sudah menduetkan Mega-Prabowo," ujar dia.

Bila memang PDIP sudah menduetkan Mega dan Prabowo, maka Golkar tidak akan mendapatkan apa-apa. Karena itu, kata dia, dalam Rapimnassus berkembang suara yang menginginkan Golkar membuat blok baru. "Saya kira kita akan lebih mudah mendekati PPP dan Hanura dan parpol-parpol kecil," ujar dia.

Hingga saat ini, hanya PPP yang masih bisa sangat leluasa bergerak untuk menentukan blok. Selain itu, parpol-parpol kecil yang bila digabungkan bisa mengantongi 12,68% suara juga masih belum menentukan sikap.

Bila ada tiga blok dalam Pilpres nanti, dipastikan kekuatan blok Demokrat menjadi terbesar. Namun, bila hanya ada dua blok, bisa jadi kekuatan suaranya akan berimbang, dengan catatan Golkar, PPP dan Hanura masuk ke dalam blok Megawati.

Jumat, April 10, 2009

SBY Siapkan Koalisi Megawati Bertemu Wiranto

Keterangan Foto: Pertemuan pertama Megawir untuk bahas kecurangan pemilu. (don)

border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5323229589867242834" />


Keterangan Foto : Sby harap ada written koalisi dengan partai pendukung (eas)



KRC, BOGOR -
Partai Demokrat, agaknya, sudah merasa menjadi pemenang pada pemilu kali ini. Setelah diunggulkan semua lembaga survei melalui quick count, partai tersebut kemarin mulai berancang-ancang menyiapkan skenario koalisi menuju pemilihan presiden (pilpres). Termasuk membuka peluang berkoalisi kembali dengan Golkar.

Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat yang juga Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengajukan syarat untuk koalisi. Dia menyatakan, format koalisi harus menjamin pemerintahan yang efektif dalam lima tahun ke depan.

SBY kemarin mengumpulkan sejumlah pentolan Partai Demokrat di kediamannya, Puri Cikeas Indah, Bogor. Sejak siang kemarin, para pengurus Partai Demokrat sudah berada di Cikeas. Di antara mereka adalah Ketua Umum Partai Demokrat Hadi Utomo, Achmad Mubarok (wakil ketua umum), Marzuki Alie (Sekjen), Anas Urbaningrum (ketua), Andi Mallarangeng (ketua departemen SDM), Hayono Isman, Jero Wacik, dan Taufik Effendy.

Menurut SBY, Partai Demokrat mulai melakukan penjajakan terhadap berbagai partai politik untuk membangun koalisi dalam Pilpres 2009. ''Kalau koalisi ini berhasil, kami teruskan hingga lima tahun ke depan,'' kata SBY saat konferensi pers di kediamannya, Puri Cikeas Indah, Bogor, kemarin.

Partai Demokrat, kata SBY, terbuka berkoalisi dengan partai politik mana pun. Namun, tegas dia, pihaknya tidak akan memaksakan berkoalisi dengan partai politik yang sudah terang-terangan menolak bekerja sama dengan Partai Demokrat. ''Saya sudah mendengar ada partai politik yang menyatakan say no kepada Partai Demokrat. Ya saya hormati,'' kata SBY.

Tapi, sebagian besar parpol, lanjut SBY, sejak awal terus berkomunikasi secara informal, langsung maupun tidak langsung. Dan, komunikasi tersebut, kata dia SBY, akan diintensifkan sehingga ada kesepakatan koalisi yang kuat. Beberapa parpol tersebut, kata SBY, adalah PKB, PKS, PAN, PKPI, Pelopor, dan PBB.

''Belajar dari pengalaman koalisi yang sekarang (2004-2009), terutama di parlemen dan juga di pemerintahan, koalisi yang akan datang harus rules based. Kontrak politiknya harus jelas. Etika dalam berkoalisi harus dijalankan. Semua harus written, tertulis dalam suatu piagam kesepakatan koalisi,'' kata SBY.

Dengan kesepakatan koalisi secara tertulis dalam piagam, menurut SBY, publik bisa mengontrol parpol mana yang taat atau tidak taat terhadap kesepakatan. Dengan kesepakatan yang benderang seperti itu, lanjut SBY, rakyat tidak lagi dibingungkan sikap parpol dalam koalisi.

Mengapa Partai Demokrat membuat batasan tegas dalam koalisi? ''Kepentingan saya hanya satu. Begitu koalisi terbentuk, pemerintah harus efektif dalam menjalankan tugas. Hubungan pemerintah dengan DPR harus berjalan sehat, tanpa mengurangi daya kritis dewan,'' tutur SBY. Dengan begitu, kata SBY, undang-undang atau kebijakan yang dikeluarkan sama-sama dikelola oleh pemerintah dan DPR.

Seperti apa format aturan main koalisi tersebut? Menurut SBY, tim Partai Demokrat sedang menyusun dan menelaah dengan logika dan nalar sehat. Namun, pada dasarnya harus terbangun sikap mental dan mind set bahwa semua parpol dalam koalisi bersama-sama, saling mendukung, dan saling memberikan masukan.

SBY mencontohkan, salah satu partai politik dalam koalisi mengusulkan mengganti menterinya di kabinet, harus dibicarakan antara presiden dan parpol yang bersangkutan. Tidak bisa kemudian parpol tersebut secara sepihak mengumumkan bahwa menteri tersebut tidak lagi mewakili parpol. Situasi itu pernah terjadi di PKB bahwa Ketua Umum Dewan Syura DPP PKB Abdurrahman Wahid tiba-tiba menyatakan tidak mengakui Menteri Tenaga Kerja Erman Suparno dan Menteri PDT Lukman Edy sebagai wakil PKB di kabinet.

''Ini juga salah satu etika yang harus dibangun dalam koalisi mendatang. Ini tidak luar biasa dan tidak aneh, semua bisa diikuti dengan akal sehat. Saya yakin, rakyat akan senang karena pada prinsipnya ini transparansi yang baik dalam sebuah demokrasi,'' kata SBY.

Dengan koalisi yang kuat, ujar SBY, ke depan tidak mudah terjadi benturan antara pemerintah dan fraksi yang berada dalam koalisi atau bahkan dalam kabinet sendiri. ''Misalnya, apa tepat seorang menteri berangkat dari koalisi menghantami kebijakan pemerintah yang dia juga masih berada di dalam pemerintahan. Di negara mana pun mestinya he must be out. Ini harus jelas nanti. Rakyat juga menginginkan kejelasan seperti itu,'' paparnya.

Duet SBY-JK Berlanjut?

Penghitungan suara pemilu legislatif di KPU baru selesai awal Mei nanti. Namun, Partai Golkar kemarin sudah mengakui keunggulan Partai Demokrat dengan selisih suara hampir enam persen.

Setelah melaksanakan salat Jumat di Masjid Sunda Kelapa, Menteng, Jakarta Pusat, kemarin, Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla langsung menelepon Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam komunikasi melalui telepon selama sekitar sepuluh menit tersebut, Jusuf Kalla menyampaikan selamat atas kemenangan Demokrat pada pemilu legislatif.

''Selama sepuluh menit tadi Pak JK (Jusuf Kalla, Red) menelepon Pak SBY. Pak JK bilang selamat atas kemenangan sementara Partai Demokrat dan Pak SBY bilang terima kasih, ini kemenangan kita bersama,'' ujar Press Officer Wakil Presiden Muchlis Hasyim di luar kediaman dinas wakil presiden di Jalan Diponegoro No 2, Jakarta Pusat.

Komunikasi telepon dengan SBY ternyata salah satu upaya yang dilakukan Golkar untuk kembali merapat ke Demokrat. Upaya untuk segera berkomunikasi dengan Partai Demokrat adalah salah satu rekomendasi yang dihasilkan dalam rapat internal DPP Partai Golkar di Posko Slipi II pada Kamis malam. ''Selain sebagai etika politik dua partai yang saat ini masih berkoalisi di pemerintahan, ucapan selamat itu memang salah satu upaya komunikasi politik dengan Partai Demokrat,'' ujar Ketua DPP Partai Golkar Theo L. Sambuaga ketika dihubungi kemarin.

SBY sendiri belum menutup pintu bagi JK untuk kembali bersamanya dalam pilpres mendatang. Tapi, SBY terkesan jual mahal, karena Kalla bukan satu-satunya pilihan cawapres. ''Untuk cawapres, tunggu tanggal mainnya. Banyak calon yang bagus. Ada Pak JK, ada juga bukan Pak JK. Saya kira banyak peluang,'' kata SBY.

Mengenai percakapan telepon dengan JK, SBY membenarkan. Bagi SBY, mengucapkan selamat merupakan budaya yang baik. SBY mengaku juga sering mengucapkan selamat kepada pihak mana pun meski tidak selalu diketahui media massa.

''Saya juga kaget karena belum lama Pak JK berkomunikasi dengan saya. Ya, beliau menelepon saya setelah salat Jumat tadi yang intinya mengucapkan selamat,'' kata SBY.

''Saya juga sampaikan terima kasih pemilu ini berjalan dengan baik dan mari kita lanjutkan komunikasi kita ke depan dalam format yang sudah saya jelaskan tadi,'' lanjut SBY.

Komunikasi dengan JK kemarin, kata SBY, baru sebatas saling memberikan ucapan selamat dan menanyakan kabar. Belum ada pendalaman apa pun. Namun, bagi SBY, komunikasi tersebut merupakan awal yang baik untuk menggagas koalisi dengan Partai Golkar dan beberapa tokoh partai lain.

PDIP Gandeng Hanura-Gerindra

PDI Perjuangan mulai merapatkan barisan. Tadi malam Ketua Umum Partai Hanura Wiranto menemui Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Embrio koalisi melawan Partai Demokrat mulai dibangun.

''Memang belum ada hasil formal dari penghitungan manual. Tetapi, paling tidak sudah ada satu peta politik. Hari ini (tadi malam, Red) saya ketemu Bu Mega, besok (hari ini, Red) saya ketemu Pak Suryadharma,'' katanya sebelum menemui Megawati.

Setelah satu jam menemui Megawati, Wiranto mengatakan bahwa pertemuan tersebut merupakan salah satu rangkaian gerakan politiknya. ''Tadi saya sampaikan kepada Bu Mega bahwa saya menjanjikan setelah pemilu selesai, saya akan melakukan suatu komunikasi politik dengan semua parpol,'' katanya.

Wiranto lantas menyebut beberapa partai yang akan digandeng. Selain PPP, Wiranto akan menggandeng Partai Gerindra. Bahkan, dia mengatakan akan menemui ketua dewan pembina partai tersebut secara langsung, yakni Prabowo Subianto.

Menurut dia, semua partai, termasuk Gerindra, akan digandeng. ''Kenapa heran? (Kami) tidak ada masalah