Rabu, Oktober 29, 2008

Memanas Bursa Capres AS Obama Nyaris Tertembak


KRC,TENNESSEE -

Upaya kelompok rasis menjegal langkah Barack Obama menjadi presiden AS berkulit hitam pertama ternyata bukan isapan jempol. Polisi di negara bagian Tennessee, AS, kemarin menangkap dua pria yang dicurigai berencana membunuh kandidat presiden dari Partai Demokrat itu. Kedua tersangka itu bernama Daniel Cowart, 20, dari Bells, Tennessee, dan Paul Schlesselman, 18, dari Helena-West Helena, Arkansas. Mereka ditangkap dengan sejumlah senjata di mobilnya pada Rabu 22 Oktober lalu dan mulai disidangkan di Pengadilan Federal Memphis, Tennessee, kemarin.Motif rasis untuk membunuh Obama terungkap dalam dokumen pengadilan. Sebelum membunuh senator yang pernah tinggal di Jakarta saat masa kecil itu, kedua tersangka berniat membantai 88 orang, termasuk memenggal 14 kepala keturunan Afrika-Amerika. Angka 14 dan 88 adalah simbol supremasi orang kulit putih. Angka 14 merujuk pada semboyan supremasi yang terdiri atas 14 kata, yakni We must secure the existence of our people and a future for white children. Sedangkan 88 adalah kata sandi untuk dua huruf kedelapan alfabet, HH, yang merupakan kependekan dari salam Heil Hitler yang biasa diberikan kepada pemimpin fasis Jerman, Hitler.Agen khusus di Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api, dan Bahan Peledak (ATF) Nashville, Tennessee, Jim Cavanaugh dalam sidang mengatakan, Cowart dan Schlesselman berkenalan melalui internet satu bulan lalu. "Keduanya langsung kompak karena memiliki kepercayaan dan pandangan yang sama tentang White Power dan Skinhead," ungkap Cavanaugh. Gerakan White Power dan Skinhead adalah sama-sama gerakan rasial kulit putih neo-NAZI yang tumbuh di AS dan Eropa dan sangat antiwarga kulit hitam.Gawatnya, setelah saling sepakat tentang gerakan yang mendukung dominasi ras kulit putih itu, keduanya berencana melakukan pembunuhan masal di Tennessee. Sebuah sekolah kulit hitam sudah mereka incar untuk aksi pembantaian itu. Jika sukses, mereka akan memburu Obama sebagai sasaran terakhir. "Mereka tidak yakin bisa melakukannya, tetapi mereka akan berusaha membunuhnya," ujar Cavanaugh.Untuk plot aksi itu, Cowart telah membeli satu senapan dan memiliki dua senjata tangan yang dicuri dari kakeknya. Sedangkan Schlesselman memiliki senapan dan pistol yang diambilnya dari ayahnya tanpa izin. Keduanya berencana mencuri senjata yang lebih dahsyat dari toko senjata di Jackson, Tennessee, serta melakukan serangkaian perampokan untuk membiayai rencana berdarah mereka. "Setelah senjata terkumpul, Schlesselman menyatakan berencana membawa mobilnya sedekat mungkin menuju Obama dan menembaknya dari balik jendela," kata Weaks.Tak cuma perlengkapan dan skenario yang rapi, kedua psikopat kulit putih itu juga menyiapkan kostum yang dikenakan saat menembak Obama. Kepada penyidik, mereka menyatakan akan menggunakan tuksedo putih dan topi selama upaya pembunuhan itu. "Keduanya tahu bisa tewas akibat aksi gila itu, namun mereka bersedia menempuh risiko itu," tambah Weaks.Pengadilan Federal Memphis juga diberi keterangan oleh para saksi bahwa sesaat sebelum mereka ditangkap, Cowart dan Schlesselman membeli makanan, tali nilon, dan topeng ski. Mereka juga berencana merampok sebuah rumah pada 21 Oktober. Tetapi buru-buru rencana itu dibatalkan ketika mereka melihat anjing dan dua kendaraan pemilik rumah.Mereka juga menembaki jendela sebuah gereja lokal di Brownsville, Tennessee, sebelum berkendara pulang menuju rumah kakek Cowart, tempat mereka menorehkan beberapa simbol dan kata-kata rasis, termasuk simbol Swastika dan angka 14 serta 88 ke atap mobil Cowart, sebelum akhirnya ditangkap Rabu lalu. Kedua laki-laki itu akan disidang kembali di pengadilan federal Memphis pada Kamis (30/10).Pejabat jaksa AS untuk Tennessee Lawrence Laurenzie mengatakan, tuduhan-tuduhan yang diajukan dalam perkara kriminal itu sangat serius dan mereka terancam dijatuhi hukuman berat. "Masyarakat dapat sepenuhnya yakin bahwa penegak hukum bekerja sama untuk menyelidiki dan menuntut aktivitas yang didakwakan," ujarnya. Juru bicara Secret Service (agen pengamanan presiden/SS) Eric Zahren mengatakan, tidak jelas apakah kedua tersangka mempunyai kemampuan menjalankan aksinya. Namun, masalah itu dianggap serius dan penyelidikan melibatkan tim gabungan sedang dilakukan. Sementara itu, juru bicara tim kampanye Obama saat mengikuti kampanye Obama di Pennsylvania, Linda Douglass, menolak berkomentar. "Kami tidak pernah mengomentari masalah keamanan," ujarnya.Obama, yang telah menorehkan sejarah dengan menjadi kandidat presiden AS berkulit hitam pertama dari sebuah partai politik utama, telah berada di bawah pengawalan ketat SS. Pengawalan terhadap Obama bahkan diberikan sejak Mei 2007, lebih awal ketimbang kandidat presiden mana pun. Ancaman pembunuhan terhadap Senator Illinois tersebut bukan yang pertama. Agustus lalu tiga pria yang terbukti menyembunyikan senjata ditangkap di Denver, Colorado, tempat Konvensi Partai Demokrat. Tetapi, para jaksa mengatakan, tidak ada bukti kuat mereka berencana membunuh Obama. Sebulan kemudian, seorang pria Florida didakwa mengancam akan melukai Obama. Namun, belakangan pria itu juga terbukti tidak bersalah. (AP/Rtr/AFP/don)

SBY Tak Akan Bantu Aulia Pohan Besannya Kalau Memang Salah Hukum Tetap Harus Ditegakkan


KRC, Jakarta

- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukkan, hukum dan keadilan harus ditegakkan terkait kasus dugaan korupsi Aulia Pohan. Presiden sadar tidak akan mengintervensi kasus hukum yang menyangkut besannya."Kalau Aulia Pohan bersama-sama yang lain dianggap melakukan kesalahan dalam konteks ini tentu dia, proses penegakan hukum ditegakkan. Saya tidak boleh mengintervensi, saya tidak boleh mencampuri karena ini semangat kita semua," ujar Presiden di Sekretariat Negara, Jakarta, Rabu (29/10).Presiden minta semua pihak menyerahkan penanganan kasus Aulia Pohan pada proses hukum. "Salah atau tidak salah, seberapa besar kesalahan Pak Aulia Pohan nanti, kesalahan pribadi atau kesalahan kolektif, marilah kita serahkan sepenuhnya kepada proses penegakan hukum karena menjadi dambaan kita hukum dan keadilan meskiditegakkan," ujarnya.Presiden sebagai pemimpin merasa harus memelihara keadilan dalam diri dan ini berlaku bagi semua. "Mudah-mudahan ini menjadi pemicu semangat kita semua untuk sekali lagi melakukan sesuatu yang terbaik bagi kita, bagi negeri kita, bagi rakyat kita," ujarnya.(eas)