Minggu, November 22, 2009

Sisi Kanan Pecah Akibat Hantaman Keras Gelombang Musibah Kapal Dumai Expres 10


KRC, Batam
Tragedi tenggelamnya kapal Dumai Express 10 tujuan Batam-Dumai di perairan Tokong Hiu Karimun di ordinat 01 12 500 U dan 103 20 300 T, Minggu (22/11), sementara diduga karena kerasnya hantaman gelombang. Akibatnya, sisi kanan depan kapal terpecah menjadi dua.

"Bagian kanan depan kapal pecah dua," ujar Komandan Pangkalan TNI AL Tanjung Balai Karimun (Danlanal Tbk) Letkol Edwin kepada Tribun seusai dievakuasi di Lanal Tbk.

Menurut saksi korban selamat, Fariz Khairumanah (24), Tomy Gunawan (23), dan Masdianto (29), kejadian ini diawali pecahnya sisi kanan depan kapal yang berada persis di depan bangku yang mereka duduki. Keduanya terperenyak saat mendengar suara keras itu, tak berapa lama bagian depan terlihat sudah terpisah dua. "Saya lihat bagian depan kapal sudah terpisah dua dan saking kerasnya televisi di depan kami sampai terjatuh," ujar Fariz yang diiyakan Tomy di tempat evakuasi di Lanal Tbk.

Hanya dalam hitungan detik, air laut sudah masuk setinggi lutut penumpang. Penumpang yang berada di urutan depan bagian bawah kapal mulai panik. "Saya lihat penumpang tidak sempat lagi ambil jaket (pelampung keselamatan), langsung berhamburan ke bagian belakang kapal," katanya.

Melihat kondisi itu, ketiga pria yang baru saling kenal itu tak mau terlihat panik bagi penumpang lainnya. Dia berusaha tenang dan mengimbau anak-anak dan ibu-ibu didahulukan. "Namun, sayangnya banyak keluarga yang saya lihat pasrah dan diam saja di bangkunya," ungkap Masdianto.

Sekitar lima menit insiden tabrakan terjadi, sekitar 100 penumpang lainnya sudah berada di atas kapal. Sebelumnya ada yang menyelamatkan diri dengan cara melompat melalui jendela yang dipecahkan, ada juga yang masih menunggu dan berharap bantuan segera datang.

"Saya lihat kapal perlahan sudah mulai tenggelam. Saya lihat tak ada satu pun orang yang mau melompat dari atas kapal. Lalu saya berinisiatif menjadi yang melompat pertama, dan untungnya diikuti penumpang lainnya," ujar Fariz.

Inisiatif Fariz patut diancungi jempol. Jika tidak segera melompat dan menjauh dari kapal, korban akan bertambah banyak karena penumpang akan terbawa arus kapal yang akan tenggelam.

"Kalau tidak melompat dan menjauh dari kapal yang sudah nyaris tenggelam itu, saya berpikir ini akan banyak makan korban. Sebab, penumpang pasti akan ikut terbawa arus ke dasar kapal kalau kapal tenggelam. Makanya saya inisiatif lompat paling awal," ungkapnya.

Setelah melompat, Fariz berenang sebisanya. Dalam hitungan 15 menit kemudian seluruh badan kapal menghilang ditelan lautan. Adegan dramatis masih terjadi ketika Fariz harus melihat bayi dan ibu-ibu muda sudah tak bernyawa satu per satu mengapung di depan matanya.

Tak berapa lama bantuan pun datang. Nelayan yang sedang berada di sekitar lokasi kejadian kemudian memberikan pertolongan kepada sejumlah korban. "Mohon sampaikan terima kasih saya kepada para nelayan yang paling berjasa membantu menyelamatkan kami," ujar Fariz dan Tomy lebih lanjut. (don)

SBY Akan Selesaikan Kasus Bibit Dan Chandra melalui Out Of Court Settlement


KRC, Jakarta
Presiden SBY mengatakan akan menyelesaikan kasus Bibit S Rianto dan Chandra M Hamzah melalui mekanisme out of court settlement (di luar pengadilan). Namun menurut ahli hukum, istilah out of court settlement ini tak dikenal dalam hukum pidana.

"Istilah itu nggak ada di hukum pidana. Itu adanya di keperdataan, maksudnya perdamaian antar pihak yang berseteru di luar jalur hukum yang ada," kata ahli hukum pidana dari UI, Rudi Satrio, saat dihubungi wartawan , Senin (23/11/2009).

Jika konsep itu mau diterapkan dalam menangani kasus Bibit-Chandra, menurut Rudi agak susah. Sebab posisi masing-masing lembaga yang terkait berbeda.

"Agak susah, karena masing-masing punya posisi berbeda. Polisi dan jaksa mengatakan salah, sementara KPK mengatakan tidak salah," kata Rudi.

Penyelesaian yang paling mungkin, kata Rudi, adalah melalui jalur penghentian perkara seperti dicantumkan dalam rekomendasi Tim 8. Untuk kasus Bibit, jalan terbaik adalah SP3, sedangkan untuk kasus Chandra yang sudah di pengadilan solusinya adalah SKPP.

"Mau tak mau kasus ini harus dihentikan menggunakan SP3 untuk kasus Bibit dan SKPP untuk Chandra," terang Rudi.

SP3 adalah Surat Perintah Penghentian Penyidikan. Mekanisme ini digunakan untuk menghentikan kasus yang masih ditangani Kepolisian. Sedangkan SKPP adalah Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan. Mekanisme ini digunakan untuk menghentikan kasus yang tengah ditangani Kejaksaan. (don)

Sabtu, November 21, 2009

Doa Anak Yatim Awali Terbang Perdana Sriwijaya Air Lines


Anak yatim piatu Niftahul huda saat makan bersama dengan para tamu undangan (eas)


District Manager Sriwijaya Air Malang M. Yusri Hansyah saat menyerahkan makanan untuk anak yatim piatu (eas)

District Manager Sriwijaya Air Malang M. Yusri Hansyah bersama Kadis Ops Lanud Abd Saleh Kol Pnb Eko Dono Indarto. SIP dan Komandan Wings Kol.Pnb Ismet yang juga Mantan Kadisops.(eas)

Para peserta undangan dari Dinas perhubungan Kab serta dari Sriwijaya Air Lines (eas)

KRC, Malang
- Doa bersama dengan anak yatim piatu Niftahul huda menandai dibukanya kembali Bandara Lanud Abd. Saleh. Setelah terhenti beberapa bulan untuk penerbangan komersial, terbang perdana penumpang penuh dengan jumlah 118 penumpang dengan tujuan Malang-Jakarta. “ Disampaikan District Manager Sriwijaya Air Malang M. Yusri Hansyah pada Koran Rakyat Minggu (22/11) kemarin.
Disampaikan Yusri, bahwa sudah menjadi tradisi di Sriwijaya Air Lines setiap tahun saat ulang tahun yang tepatnya 10 November kita lakukan dengan berdoa bersama dengan anak yatim piatu,begitu juga dengan pemberangkatan perdana kali ini dilakukan hal yang sama. Mengundang sekitar 14 anak yatim piatu dari panti asuhan sekitar bandara Abd Saleh.
Disinggung juga soal penumpang sudah tak ada masalah, karena kepercayaan masyarakat terhadap Sriwijaya Air Lines sudah cukup baik. Kami baru buka tiketing dua hari sudah banyak yang ngantri, apalagi hari Minggu,” tambahnya. .
Lebih jauh tentang jadwal penerbangan yang akan dilakukan oleh armadanya, Yusri mengungkapkan, khusus Minggu - penerbangan perdana ini - hanya satu kali penerbangan sedangkan berikutnya, melayani dua kali penerbangan pagi dan siang.
‘’Jadi, untuk penerbangan perdana, hanya dibuka satu kali flight saja. Selanjutnya, seperti biasa dilakukan dua kali sehari,’’ lanjut Yusri.
Slot time yang diajukan adalah rute Jakarta – Malang (CGK – MLG) pagi pukul 07.00 – 08.25, MLG – CGK (Malang – Jakarta) pagi pukul 08.55 – 10.20, CGK – MLG siang pukul 13.00 – 14.25, dan MLG – CGK siang pukul 14.55 – 16.20. Semua penerbangan tersebut menggunakan pesawat Boeing jenis 737-200 yang memiliki PCN 15-18.
Dasar dibukanya kembali Bandara Abd Saleh seperti disampaikan Kadis Ops Lanud Abd Saleh Kol Pnb Eko Dono Indarto. SIP berdasarkan . surat Dirjen Perhubungan Udara No AU/7583/DAU.1750/09 perihal pembukaan kembali Bandara Abd Saleh. Karenanya, Sriwijaya Airjadwal rute penerbangan.sedangkan semua maskapai akan mengikuti Sriwijaya air lines ‘’Kebetulan saja yang pertama adalah pihak Sriwijaya Air. untuk Batavia Air akan terbang mulai 26 November nanti, sedangkan Garuda tanggal 1 Desember. Selain Kadis Ops Abd Saleh juga hadir Komandan Wing Abdulrahman Saleh Kol.Pnb. Ismet yang juga mantan Kadis ops serta Dinas Perhubungan Kabupaten Malang dan Kota. (eas)

Kamis, November 19, 2009

Film Kiamat 2012 Dianggap Menyesatkan


KRC, Palembang
--Film tentang kiamat "2012" yang diproduksi perfilman Amerika Serikat dan kini diputar di Indonesia, banyak mengandung hal menyesatkan, kata Kasi Publikasi Dakwah Kanwil Departemen Agama Sumatra Selatan (Sumsel), Salni Fajar, di Palembang, Rabu.

Menurut dia, keyakinan tentang kapan akan datang hari kiamat itu, sesungguhnya tidak seorang pun yang dapat mengetahuinya.

Bahkan utusan Allah SWT yang diturunkan ke bumi ini, tidak diberitahukan tentang datangnya waktu kiamat itu, kata dia lagi.

Dia menegaskan bahwa sesuai dengan ajaran Islam bahwa hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui kapan datang hari kiamat, seperti yang digambarkan dalam film tersebut.

Karena itu, dia berpendapat, film kiamat tersebut yang diramalkan akan terjadi pada tahun 2012 dan kini menimbulkan heboh di masyarakat, seharusnya tidak layak untuk diputar di Indonesia dan daerah ini.

"Kalau dibiarkan, cerita dalam film itu dapat mempengaruhi keyakinan seseorang, sehingga masyarakat awam yang menontonnya bakal mempercayai hal tersebut. Padahal dalam ajaran agama yang demikian merupakan sesat," kata dia.

Salni menyatakan, walaupun hanya merupakan ramalan namun dampak yang ditimbulkan bagi masyarakat akan buruk dan sangat besar.

Pihaknya berupaya mensosialisasikan kepada masyarakat baik melalui mimbar masjid, media elektronik dan media cetak di daerah ini, agar umat Islam dan masyarakat tidak terpedaya dengan pemberitaan yang demikian.

"Kami juga memberitahukan kepada pemilik usaha pemutaran film layar lebar di sini untuk sebaiknya tidak memutar film tersebut," kata dia lagi.

Kanwil Depag Sumsel, berkaitan desakan untuk menolak dan pelarangan pemutaran film kiamat itu di daerah ini, telah mengirimkan surat kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) setempat, kepolisian dan pemerintah daerah, untuk bersama-sama memberikan imbauan pelarangan pemutaran film tersebut.

Ia menegaskan, MUI telah mengeluarkan fatwa bahwa menonton film tentang kiamat itu diharamkan, karena sangat membahayakan.

Maimuna (48), warga Kota Palembang, menyatakan sangat mendukung upaya pemerintah melarang pemutara film tersebut di daerah itu.

Menurut dia, tidak ada dampak positif yang dapat diambil dengan menonton film tersebut karena hanya akan mendorong orang menjadi kafir dan tidak lagi percaya dengan ajaran agama yang dianutnya.

Namun kenyataannya, pemutaran film itu di bioskop di Palembang juga dijubeli penonton yang sampai antre untuk bisa menyaksikan film kiamat tersebut.
(don)

Minggu, November 15, 2009

Hujan Lebat Sejumlah Ruas Jalan Macet


KRC, Jakarta
Sejumlah jalan yang tergenang air saat hujan lebat masih berpotensi menimbulkan kemacetan lalu lintas. Pengemudi diharapkan waspada bila melintasi titik-titik genangan air karena kemacetan bisa terjadi sampai puluhan kilometer.
Petugas Traffic Management Center Polda Metro Jaya, Brigadir Dua David, mengatakan, dari dua kali hujan deras pekan lalu, tercatat sejumlah titik genangan yang kemudian menyebabkan kemacetan.
”Jalan yang tergenang kemarin masih berpotensi digenangi air bila hujan lebat datang lagi. Pengendara harus berhati-hati bila melintas di jalan yang biasa tergenang setelah hujan lebat,” ucap David, Minggu (15/11).
Titik genangan yang menimbulkan kemacetan parah pada pekan lalu antara lain di daerah Kebon Nanas dan di simpang empat Matraman.
”Pekan lalu, genangan air di Kebon Nanas ataupun simpang empat Matraman mencapai lebih dari 40 sentimeter,” tutur David.
Sejumlah titik genangan lain terdapat di Stasiun Tanjung Barat, muka RS Duren Sawit, muka Samsat Daan Mogot, tikungan tajam Fatmawati, sekitar Atrium Senen, Kramat Bunder, Gunung Sahari, Jalan Pangeran Jayakarta, muka markas Brimob di Kwitang, Medan Merdeka Timur, Jalan Agus Salim, perempatan Cempaka Mas, dan Jalan Perintis Kemerdekaan.
Bila terjadi genangan air di Kebon Nanas, kendaraan hanya bisa melintas satu jalur, yakni di jalur cepat sisi kanan karena genangan air di jalur ini relatif lebih rendah dibandingkan di jalur lain. Di jalur cepat sisi kanan, genangan air antara 10 dan 15 sentimeter. Adapun di jalur lambat, genangan air bisa mencapai 40 sentimeter.
Di perempatan Matraman, genangan air juga mencapai 50 sentimeter. ”Banyak mobil pribadi tidak berani lewat karena genangan terlalu tinggi. Kendaraan yang lewat juga harus pelan-pelan. Akibatnya, kendaraan yang menuju Matraman terjebak macet,” kata operator lalu lintas Polres Metro Jakarta Pusat, Bripka Suharyoko.
Akibat genangan air di Matraman, kemacetan kendaraan terjadi dari berbagai arah yang menuju perempatan Matraman, mulai dari Pramuka, Matraman, Salemba, Manggarai, Diponegoro, hingga Cikini.
Kemacetan yang parah, menurut Suharyoko, menyebabkan sejumlah kendaraan kehabisan bahan bakar dan mogok di tengah jalan. Selain itu, sejumlah lampu lalu lintas juga kerap tidak berfungsi ketika hujan. Kondisi ini memperparah kemacetan.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan, sejumlah kecamatan di Provinsi DKI Jakarta berpotensi banjir ringan sepanjang November ini.
Dari data yang dirilis melalui situs resmi BMKG, kecamatan itu adalah Cengkareng, Taman Sari, Gambir, Grogol Petamburan, Kalideres, Kebon Jeruk, Tanah Abang, Kebayoran Baru, Mampang Prapatan, Pasar Minggu, Cilandak, Ciracas, Cipayung, Kramat Jati, Cakung, Makasar, Jatinegara, Tebet, Pulo Gadung, Menteng, Senen, Cempaka Putih, Kemayoran, Kelapa Gading, Sawah Besar, Pademangan, Koja, dan Tanjung Priok.
DKI Jakarta juga masih berpotensi diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga sedang pada awal musim hujan bulan ini. (don)

Jumat, November 13, 2009

Banyak Protes Jelang Team Delapan Laporan Sby


KRC, Jakarta
Menjelang dikeluarkannya rekomendasi akhir Tim Delapan, protes dan gunjingan terhadap kewenangan dan kinerja Tim terus bergulir, mulai dari menyatakan bahwa Tim terlalu berpihak pada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), mempersoalkan kewenangan Tim yang hanya mampu mengeluarkan rekomendasi yang tidak pro-yustisia, dan menyebutnya seperti macan ompong hingga menantang anggota Tim untuk berdebat soal penegakan hukum.

Menurut Syamsuddin Haris, pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), semua protes dan tantangan itu salah alamat. Harusnya, semua itu ditujukan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Komisi III, Kejaksaan Agung, Kepolisian mestinya gugat Presiden kalau menggugat Tim Delapan. Itu semua salah alamat," katanya ketika dihubungi wartawan Jumat (13/11).

Menurut Syamsuddin, Tim dibentuk dengan surat keputusan yang dikeluarkan oleh Presiden SBY. Mandatnya pun diberikan oleh Presiden. Oleh karena itu, jika ada pihak-pihak yang tidak berkenan terhadap kesimpulan dan rekomendasi Tim Delapan nantinya, berarti mereka juga tidak berkenan kepada kebijakan Presiden SBY. "Terutama respons Komisi III itu tidak relevan dan tidak bijaksana. Sebab, itu sama saja dengan menantang Presiden, mempersoalkan mandat Presiden kepada Tim Delapan. Mestinya dialamatkan pada Presiden," tegasnya.(don)

Rabu, November 11, 2009

Komnas Terima Pengaduan Kuasa hukum Antasari


KRC, Jakarta
Komisi Nasional (Komnas) HAM menerima pengaduan Antasari Azhar terkait dugaan adanya rekayasa dalam proses peradilan mantan Ketua KPK tersebut dalam kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnain.

Kepada Komnas HAM dua kuasa hukum Antasari, Ari Yusuf Amir dan Hotma Sitompul melaporkan dugaan mengenai adanya rekayasa dalam peradilan Antasari. Dugaan rekayasa tersebut didasarkan atas kesaksian mantan Kapolres Jakarta Selatan Kombes Wiliardi Wizard bahwa penahanan dan proses peradilan terhadap Antasari telah direncanakan sebelumnya.

Dalam persidangan Selasa kemarin, Wiliardi mengatakan bahwa ia mendapat "perintah" dari atasannya di Kepolisian saat disidik oleh penyidik Polri.

Laporan tersebut diterima oleh Komisioner Komnas HAM Sub Komisi Pemantauan dan Penyidikan Joni Nelson Simanjuntak, di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Rabu (11/11). "Komnas HAM akan meminta klarifikasi kepada kepolisian, penyidiknya dalam perkara ini," kata Joni usai menerima laporan dua kuasa hukum tersebut.

Persoalan yang akan dimintai klarifikasi tersebut, kata Joni, antara lain adalah kondisi Wiliardi saat dilakukan penyidikan, apakah ia didampingi oleh kuasa hukum atau tidak. "Karena ini adalah dakwaan pasal 340 tentang pembunuhan berencana. Ada kewajiban bagi penyidik untuk menawarkan tentang pembelaan," ungkapnya.

Selanjutnya, menurut Joni, Komnas HAM akan mengklarifikasi apakah benar keterangan Wiliardi tersebut tidak dilampirkan dalam berkas yang disampaikan kepada penuntut umum. "Ketiga kami akan melakukan pemantauan terhadap proses atas kasus ini. Untuk menghindari adanya peradilan sesat," tegasnya.(don)

FPDIP Bentuk Team Independen Usut Kasus Century


KRC, JAKARTA
Anggota Tim Independen Kasus Bank Century yang dibentuk PDI Perjuangan, Gayus Lumbuun dan Eva Kusuma Sundari mengatakan, Pengambil kebijakan atas dikucurkannya dana triliunan untuk menalangi bangkrutnya Bank Century, harus turut diusut. Selama ini, proses hukum yang dilakukan Polri dan Kejaksaan Agung dinilai belum menyentuh para pengambil kebijakan.

Gayus dan Eva menyebutkan, setidaknya ada tiga pengambil kebijakan yang harus diusut yaitu Gubernur Bank Indonesia yang saat itu dijabat Boediono, Menteri Keuangan sekaligus Ketua Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) Sri Mulyani Indrawati dan Sekretaris KSSK Raden Pardede.

"Gubernur BI adalah pengambil kebijakan di sentral keuangan negara dan kebijakan negara berkaitan dengan bank-bank, kemudian Menteri Keuangan. Sangatlah janggal mengambil keputusan pengucuran dana itu hingga pagi hari serta pemilik Bank Century yang menjadi penikmat kebijakan," kata Gayus, dalam jumpa pers di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (11/11).

Nama Raden Pardede dilontarkan oleh Eva, karena dinilai turut bertanggungjawab atas pengambilan kebijakan tersebut. Menurut Gayus, pengusutan yang dilakukan selama ini tak menyentuh substansi masalah yaitu pengambil kebijakan. Ia mencontohkan, penanganan yang dilakukan Polri hanya mengusut money laundring -nya saja. "Ini tidak esensial," kata Gayus.

"Sedangkan kejaksaan katanya masih menunggu laporan BPK. BPK itu kan mengaudit lembaga keuangan tapi tidak berwenang untuk mengaudit kebijakan," tambah anggota Komisi III ini.

Angket Targetkan Bongkar Kasus Century

Fraksi PDI Perjuangan yang menginisiasi pengguliran hak angket kasus Century, menjanjikan konsisten melakukan pengawalan hingga tuntas. Eva mengatakan, pihaknya menargetkan bisa membongkar kasus agar tidak ada keraguan atas "gembos"nya pengusutan seperti yang terjadi pada hak angket lainnya.

"Kita tidak target orang, tapi membongkar kasus. Kalau ada korban (orang) yang kemudian terlibat, itu konsekuensi dari penegakan hukum. Ke depan, kami tidak ingin ada preseden yang mengesankan ada yang kebal hukum. Tetapi, kami menyadari, PDI Perjuangan tidak bisa sendiri untuk mengambil keputusan," kata Eva.

Oleh karena itu, fraksinya akan mengambil mekanisme menyampaikan secara terbuka perkembangan pengusutan yang telah dilakukan.(don)

Kamis, November 05, 2009

Kapolri Gamblang Jelaskan Tak Ada Rekayasa Penahanan Bibit-Chandra


KRC,Jakarta
Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri menjamin bahwa tidak ada rekayasa dalam kasus penetapan tersangka dan penahanan pimpinan (nonaktif) KPK, Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah.

”Tak ada anggota saya yang melacurkan diri, mempermalukan institusi. Kami pertanggungjawabkan dunia dan akhirat. Tidak ada rekayasa di dalamnya,” ujar Kepala Polri dalam rapat kerja dengan Komisi III DPR di Jakarta, Kamis (5/11) malam.

Rapat itu dipimpin Ketua Komisi III DPR Benny K Harman. Kepala Polri didampingi semua pimpinan Polri, antara lain Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Makbul Padmanagara dan Komjen Susno Duadji. Namun, ia tak menyebutkan jabatan Susno sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri.

Susno disebutkan mundur sementara dari jabatannya untuk memudahkan pemeriksaan yang akan dilakukan Tim Independen Klarifikasi Fakta dan Proses Hukum Kasus Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah (Tim Delapan). Pemeriksaan itu akan dilakukan hari Jumat ini.

Bambang Hendarso menyatakan, jika selesai pemeriksaan di Tim Delapan tidak terbukti melakukan perbuatan seperti yang dituduhkan sejumlah kalangan, terutama menerima dana Rp 10 miliar terkait aliran dana ke Bank Century, Susno akan dikembalikan pada posisinya. Susno dalam kesempatan itu kembali menegaskan, ia tak pernah menerima dana terkait Bank Century.

Siap dipecat

Bambang melanjutkan, kalau dalam penyidikan terkait pimpinan (nonaktif) KPK, Direktur Penyidikan Polri Brigadir Jenderal (Pol) Yulviannus Mahar dan jajaran penyidik melakukan rekayasa, mereka siap dipecat.

Rapat itu berlangsung terbuka setelah semua fraksi menyetujuinya. Semula Bambang menyatakan ada hal dalam penyidikan yang tidak mungkin dibuka untuk umum sehingga meminta pertimbangan Dewan. Setelah disetujui, Kepala Polri membuka hasil penyidikan terkait kasus Bibit dan Chandra, bahkan meluas pada perkara yang terkait dengan Masaro dengan pemiliknya, yakni Anggoro Widjojo dan Anggodo Widjojo. Anggoro adalah tersangka korupsi proyek Sistem Komunikasi Radio Terpadu di Departemen Kehutanan.

Bambang menyebutkan, Polri memiliki bukti, keterangan, saksi, dan saksi ahli yang menguatkan adanya dugaan penyalahgunaan wewenang, penyuapan, dan pemerasan yang disangkakan kepada Bibit dan Chandra. Kedua unsur pimpinan (nonaktif) KPK itu diduga menyalahgunakan wewenang terkait pencegahan (larangan ke luar negeri) terhadap Anggoro serta pencegahan dan pencabutan pencegahan terhadap Direktur PT Era Giat Prima Djoko S Tjandra.

Tindakan Bibit dan Tjandra itu tak diketahui pimpinan KPK lain. Selain itu, langkah keduanya juga tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK.

Atas penjelasan Kepala Polri itu, sejumlah anggota DPR bertepuk tangan. Bahkan, sejumlah anggota DPR secara terbuka menyatakan prihatin atas kondisi yang belakangan ini sedang dihadapi Polri. Mereka mendukung langkah Polri untuk mengusut dugaan tindak pidana yang dilakukan Bibit dan Chandra.

Bambang Soesatyo dari Fraksi Partai Golkar (F-PG) DPR menyatakan tidak rela Polri diobok- obok. Polri harus diselamatkan dari kriminalisasi publik.

Dasrul Jabar dari Fraksi Partai Demokrat (F-PD) mengaku tak dapat memahami mengapa penahanan Bibit dan Chandra menjadi masalah yang besar. Sebab, penahanan itu sudah sesuai prosedur.

Namun, Ruhut Sitompul dari F-PD minta Kepala Polri memberikan sanksi yang tegas kepada Susno dan penyidik lain jika kelak Bibit dan Chandra dibebaskan di persidangan. ”Saya senyum saja mendengar sumpah Pak Susno. Saya juga banyak terima SMS, Susno itu gombal,” katanya. Pernyataan itu diberikan setelah Susno menyatakan tak pernah menerima uang Rp 10 miliar terkait kasus Bank Century.

Menteri Kehutanan

Kepala Polri juga membeberkan bukti rekaman adanya mobil dari pimpinan KPK ke Belagio dan Pasar Festival Jakarta, yang disebut-sebut sebagai lokasi penyerahan dana dari Anggodo, lewat Ary Muladi kepada pimpinan KPK. Namun, Bambang tak menyebutkan apakah dalam mobil itu benar ada Bibit dan Chandra atau tidak.

Bambang memaparkan adanya aliran dana sebesar Rp 17 miliar, Rp 3,5 miliar, dan Rp 6 miliar pada yang disebutkannya sebagai ”Bapak itu”. Namun, dalam penguraian berikutnya, ternyata dana Rp 17 miliar, yang diduga dari PT Masaro itu, bukanlah untuk pimpinan KPK. Dana itu diserahkan pada pejabat berinisial MK, yang kini sudah tak menjabat lagi. MK disebutkan memiliki kedekatan dengan CH (Chandra Hamzah).

T Gayus Lumbuun, anggota Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (F-PDIP), memastikan apakah MK yang disebutkan Kepala Polri adalah mantan Menteri Kehutanan MS Kaban, seperti yang disebutkan Tim Delapan. Bambang menjawab tak ingin menyatakan nama MK itu karena terkait asas praduga tak bersalah. ”Tetapi, karena Tim sudah menyebutkannya, kami idem (sama),” katanya.

Nasir Djamil dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (F-PKS) sempat mempertanyakan keterangan Bambang, yang menyebutkan KPK hanya mencegah Anggoro. Padahal, ia adalah pemilik PT Masaro. Pimpinan perusahaan itu, termasuk Direktur Putronefo Prayugo, tidak dicegah.

Kepala Polri pun meluruskan pernyataannya. Ia mengakui Putronefo dicegah oleh KPK sejak 22 Agustus 2008 pula, bersama Anggoro, Anggono Widjojo (Presiden Direktur PT Masaro Radiokom), dan David Angkawijaya.



Penahanan Anggodo

Terkait keberadaan Anggodo, Kepala Polri memastikan, ia masih di Indonesia. Polri sudah memintanya tetap siap memberikan keterangan, kapan pun diminta, termasuk dari Tim Delapan. Namun, Anggodo tak bisa dicegah sebab tak ada alasan untuk menahan atau mencegahnya.

Secara terpisah, Kamis, Tim Delapan bertemu dengan Anggodo di kantor Dewan Pertimbangan Presiden. Namun, dalam pertemuan itu, anggota Tim, Hikmahanto Juwana, tidak ikut serta. Ia menyatakan mengundurkan diri dan sudah mengembalikan keputusan presiden.

Ketua Tim Delapan Adnan Buyung Nasution menyatakan, akan melihat penahanan Bibit dan Chandra. ”Sampai ini semakin mengerucut untuk kita bisa menilai ada kasusnya atau tidak. Atau, ada kasus yang diada-adakan saja. Jadi, bukan lagi ada bukti atau tidak dan wajar atau tidak barang bukti itu,” ujarnya.

Tim Delapan, Kamis, juga bertemu dengan KPK yang dipimpin Ketua sementara KPK Tumpak Hatorangan Panggabean maupun Bibit dan Chandra yang didampingi kuasa hukumnya.

”Nanti, kalau sudah gelar perkara Sabtu besok, kita harapkan tidak lagi simpang siur dan sudah ada tali temalinya,” kata Adnan Buyung. Terkait Susno dan Wakil Jaksa Agung AH Ritonga yang mundur, Tim menghargai sikap Kapolri dan Jaksa Agung.(don)

Berantas Mafia Peradilan 100 hari Program Sby


KRC, Jakarta
Kisruh Komisi Pemberantasan Korupsi dengan Kepolisian Negara RI dan Kejaksaan Agung dinilai bisa mencoreng nama baik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kisruh ini tidak lagi sekadar masalah hukum, tetapi sudah menjadi masalah politik.

Hal itu disampaikan profesor politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Syamsudin Haris; Ketua Komisi Hukum Nasional JE Sahetapy; dan guru besar kajian ilmu kepolisian Universitas Indonesia, Bambang Widodo Umar.

”Masalah ini tidak lagi masalah hukum karena fakta-faktanya sudah sangat terang benderang. Mestinya pada kesempatan pertama Presiden mencopot Jaksa Agung dan Kapolri. Ini bukan hanya soal tuntutan mundurnya Susno, Wisnu, dan Ritonga,” kata Syamsudin.

Sahetapy juga mengatakan hal senada. ”Fakta hukum dalam rekayasa kasus Bibit dan Chandra dan pelemahan KPK sudah merupakan hal yang tak bisa dibantah lagi,” katanya.

Menurut Syamsudin, Kejagung dan Polri adalah lembaga di bawah Presiden. ”Presiden menjadi kunci dari semua masalah ini. Kepolisian dan kejaksaan tak mungkin bertindak seperti sekarang jika ada komitmen yang sungguh-sungguh dari Presiden,” katanya.

Sahetapy mengatakan, nama Presiden dipertaruhkan dalam kisruh ini. ”Sejak awal saya sudah menyampaikan Presiden tak perlu membentuk Tim Independen. Semua sudah jelas, sekarang tinggal ketegasan sikap,” ucapnya.

Ambil alih

Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia Petrus Selestinus meminta KPK mengambil alih penanganan kasus Anggodo Widjojo dari Polri karena polisi dan kejaksaan dinilai tidak cukup memiliki legitimasi dan kredibilitas. Selain itu, KPK juga diminta mengusut keterlibatan Susno Duadji dan AH Ritonga.

Anggodo, Susno, dan Ritonga, lanjutnya, dapat disidik dalam sebuah perkara sendiri. Mereka dapat saja diduga berada dalam rangkaian upaya penggagalan penyidikan kasus korupsi KPK.

Sementara itu, Kepala Divisi Korupsi dan Peradilan Pusat Kajian Antikorupsi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Hasrul Halili mengkritisi sikap Polri yang enggan menetapkan Anggodo sebagai tersangka dengan alasan belum cukup bukti. Langkah itu mengundang kecurigaan. Polisi bersikap konservatif dalam menangani Anggodo, tetapi terkesan sangat progresif dalam menangani kasus Chandra dan Bibit. Ia menduga ada nilai strategis yang cukup signifikan sehingga Anggodo tidak ditetapkan sebagai tersangka.

Oleh karena itu, Hasrul meminta agar kasus ini tidak dilokalisasi hanya terkait rekaman pembicaraan telepon. Kasus itu dapat merembet ke mana-mana.

Juru Bicara KPK Johan Budi mengatakan, lembaganya tengah mempertimbangkan untuk melakukan supervisi dan koordinasi terhadap penanganan kasus Anggodo. Kewenangan ini diatur dalam Undang-Undang No 31/1999 tentang Tindak Pidana Korupsi. ”Kami tak bisa begitu saja masuk ke kasus yang tengah ditangani kepolisian. Yang bisa kami lakukan adalah memberi supervisi dan koordinasi,” katanya.

Febri Diansyah, peneliti hukum Indonesian Corruption Watch, mengatakan, KPK harus didorong untuk menangkap Anggodo dengan pasal percobaan penyuapan. ”Pasal 5 Ayat 1 jo Pasal 15 UU No 31/1999 jo UU No 20/2001 bisa digunakan KPK untuk menjerat Anggodo,” katanya.

Sementara hakim konstitusi Akil Mochtar menilai Presiden seharusnya secara resmi mengadukan pencatutan namanya oleh Anggodo ke kepolisian sehingga polisi punya cukup bukti untuk menahan Anggodo. ”Presiden dapat mengadukan Anggodo dengan sangkaan telah melakukan penipuan, perbuatan tidak menyenangkan, atau pencemaran nama baik,” kata Akil.

Berantas mafia

Presiden Yudhoyono menetapkan pemberantasan mafia hukum sebagai salah satu dari 15 program pilihan yang akan dilakukan pemerintah dalam 100 hari pertama pemerintahannya.

”Yang saya sebut dengan mafia berkaitan dengan hukum adalah mereka yang melakukan berbagai kegiatan yang merugikan, misalnya makelar kasus, suap-menyuap, pemerasan, jual-beli perkara, mengancam saksi, mengancam pihak-pihak lain, pungutan-pungutan yang tidak semestinya, dan sebagainya. Di samping merusak rasa keadilan dan kepastian hukum, juga menimbulkan kerugian material bagi mereka yang menjadi korban dan mendatangkan keuntungan yang tidak halal, yang tidak legal, bagi mereka yang menjalankan kegiatan mafia itu,” ujar Presiden(don)

Sekitar 63 M Diselamatkan Akiibat Korupsi


KRC, Jakarta
Sepanjang tahun 2009, Kepolisian Republik Indonesia telah menyelamatkan kerugian negara akibat tindakan korupsi hampir Rp 63 miliar. Data tersebut disampaikan Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri dalam rapat dengan Komisi III DPR yang dimulai sejak Kamis (5/11) malam dan berakhir Jumat (6/11) sekitar pukul 03.00 WIB.

"Kerugian negara yang diselamatkan total Rp 62.875.385.000," ujarnya. Kapolri mengatakan jumlah korupsi yg ditangani Kepolisian tahun 2009 dari Januari sampai Oktober sejumlah 243 kasus. Dari sekian banyak kasus, yang P21 alias memenuhi syarat untuk disidangkan sebanyak 53 kasus, sedangkan sisanya masih dalam proses penyidikan dan sudah penyidikan.

Ia melanjutkan sejak disahkannya UU Pengadilan Tipikor, banyak hal-hal yang bisa segera dilakukan Kepolisian dengan Kejaksaan. Tim tipikor Kepolisian akan segera melakukan proses-proses penyidikan kasus-kasus penting terutama kasus-kasus atensi yang mampu diselesaikan Polri dan Kejaksaan dengan masuknya tim tipikor.

"Peran Polri dan Kejaksaan, apalagi tiga-tiganya (bersama KPK) bersinergi memerangi korupsi, ke depan pemberantasan korupsi lebih optimal," ujar Kapolri.

Sebelumnya, dalam rapat dengan Komisi III, Kamis (5/11) pagi, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Tumpak Hatorangan Panggabean mengatakan KPK telah menyelamatkan keuangan negara sebanyak Rp 139 miliar dari 31 kasus korupsi sepanjang tahun 2009 yang telah memiliki kekuatan hukum tetap. Saat, ini KPK juga sedang menghadapi 55 kasus yang sedang diproses di pengadilan.(ayu)

Rabu, November 04, 2009

Bos Masaroh Kakak Beradik Sering Berprilaku Aneh & Dekat Banyak Pejabat

.


Anggodo Widjojo, serta Abdulhakim Ritonga yang sempat dialog dgan Yuliana Gunawan yang disadap KPK


KRC, Jakarta
DIALEK Suroboyoan sering muncul dalam rekaman perbincangan yang kemarin diputar di sidang Mahkamah Konstitusi. Maklum saja, sang tokoh kunci, Anggodo Widjojo, serta kakaknya Anggoro Widjojo, yang masih buron, adalah arek Suroboyo asli yang berkarir dan menjadi pengusaha sukses di kota Pahlawan itu.

Di kalangan pengusaha Surabaya, nama Anggodo dan Anggoro Widjojo tidak terlalu dikenal. Namun, jika disebutkan nama asli Tionghoanya, yakni Ang Tju Nek (Anggodo) dan Ang Tju Hong (Anggoro), hampir semua pengusaha senior mengenal mereka. Bahkan, mereka mengetahui dengan citra tertentu kepada duo adik kakak itu.

Di mata para pengusaha papan atas Surabaya, Ang Tju Nek dan Ang Tju Hong adalah pengusaha yang banyak berkecimpung di bisnis ilegal. Bahkan, seorang pengusaha yang cukup dekat dengan keduanya sejak kecil, mengatakan, mereka dikenal bengal sejak kecil dan remaja.

"Mereka sukanya berkelahi, terutama yang gemuk itu (Anggodo, Red)," ujar seorang pengusaha senior.

Jika di kalangan teman remajanya Anggodo dikenal sebagai anak muda yang suka main pukul, penampilan Anggoro kebalikannya. Pria yang terakhir menjadi bos PT Masaro Radiokom -perusahaan rekanan departemen dalam proyek sistem komunikasi terpadu serta Motorola, perusahaan IT terkemuka Amerika- itu dikenal sebagai pemuda yang cerdas dan tangkas. "Anggoro lebih kalem. Tapi, dari gerak matanya dia sebetulnya cerdas dan tangkas dalam bisnis," tambah sumber yang seorang pengusaha itu.

Bakat bisnis Anggodo dan Anggoro menurun dari papa mereka, Ang Gai Hwa. Sebagai perantau dari Tiong­hoa, Gai Hwa di kalangan pengusaha-pengusaha perintis industri di Surabaya dikenal supel dan suka bergaul. Gai Hwa bekerja sebagai penjual dinamo di kawasan Kalimati (kompleks Kembang Jepun Surabaya sekarang, Red) Surabaya. "Orangnya suka cerita, karena itu dia banyak teman dan relasi," jelasnya.

Selain meneruskan bisnis sang ayah, Anggodo dan Anggoro terus mengembangkan bisnis keluarga. Sayang, karena sifat bawaan keduanya, lahan bisnis baru yang dipilih sering menyerempet hal yang melanggar hukum. "Karena itu, mereka mulai dijauhi kolega-kolega. Padahal, kami menyayangkannya. Bagaimanapun, mereka saudara sekampung halaman di Tiongkok," ujar sumber itu.

Salah satu bisnis yang sempat mendatangkan penghasilan melimpah bagi Anggoro dan Anggodo adalah menjadi agen SDSB (Sumbangan Dana Sosial Berhadiah), judi yang dilegalkan pemerintah pada akhir 1980-an. "Apalagi mereka dekat dengan Roby Ketek (nama asli Rudy Sumampouw, pengusaha terkaya Surabaya 1980-an)," ungkapnya. Kongsi bos SDSB yang dekat dengann banyak pejabat pusat di Jakarta itu, Anggodo dan Anggoro mendapat keuntungan melimpah hingga mampu membeli kompleks perkantoran dan hiburan Studio East di ka­wasan Simpang Dukuh.

Namun, pada awal 1990-an, bisnis dua bersaudara itu memasuki masa suram. Sejak itu mereka tidak terdengar kiprahnya di jagat bisnis Surabaya. Kabar keduanya baru muncul 10 tahun kemudian, saat mereka mendirikan PT Masaro Radiokom, dan lebih mengejutkan lagi mereka sukses menjadi agen pemasaran Motorola, perusahaan telekomunikasi papan atas asal Amerika. Sejak itu mereka kembali sering muncul di pergaulan pengusaha Surabaya, meski sebatas acara gathering dan entertainment.

Namun, kelompok pengusaha senior Surabaya kembali kecewa saat mengetahui bahwa perilaku Anggodo dan Anggoro tidak berubah. "Ternyata, saat sukses lagi, muncul sombongnya," ujarnya. Bahkan, di kalangan penikmat dunia malam di Jakarta dan Surabaya, Anggoro dikenal sebagai pengusaha yang suka berfoya-foya. "Pernah dia mem-booking 30 cewek sekaligus dan masing-masing dikasih Rp 3 juta. Cerita ini begitu terkenal. Jika tidak percaya, cek di bar-bar terkemuka di Jakarta dan Surabaya," ujarnya. Anggodo pun hanya mengikuti kebiasaan sang kakak.

Minta Maaf ke SBY

Rekaman pembicaraan yang diduga rekayasa kasus Chandra M. Hamzah dan Bibit S. Riyanto me­nyebut-nyebut RI-1 yang lazim di­­kenal sebagai presiden. Namun, Ang­godo buru-buru mengklarifikasi bahwa tidak ada pencatutan terhadap orang nomor satu di Indonesia."Saya minta maaf kepada Bapak Presiden. Tidak ada pencatutan terhadap Bapak Presiden," kata Anggodo seperti dikutip dari perbincangan di TVOne tadi ma­lam. Dia meminta maaf jika bebe­rapa hari terakhir presiden terganggu oleh rekaman tersebut.

Tidak hanya presiden, Anggodo juga meminta maaf kepada institusi kejaksaan. Sebab, dalam re­kaman ikut disebut nama Wakil Jaksa Agung Ab­dul Hakim Ri­tonga dan mantan Jaksa Agung Muda Intelijen (JAM Intel) Wisnu Subroto. "Dalam paparan ini jelas, tidak ada paparan terhadap Pak Ritonga," katanya.

Sementara kepada Wisnu, Anggodo mengaku kenal lebih dari sebagai teman. "Kepada Pak Wis­nu, yang selama ini saya anggap kakak dan memberikan advice," ujarnya.

Anggodo membantah meminta bantuan dalam rekayasa tersebut kepada pejabat kejaksaan, yakni Ritonga dan Wisnu. "Kalau saya pu­nya perkara, untuk apa lewat orang lain, saya menghadap sen­diri." (don)

Selasa, November 03, 2009

Heboh Rekaman KPK Vs Polri


KRC, jakarta
Komjen Pol Susno Duaji boleh dibilang sebagai salah seorang tokoh sentral dalam “perseteruan” antara polisi dan Komisi Pemberantasan Korupsi. Ia adalah Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri. Dalam terminologi polisi Kabareskrim acap juga disebut Trunojoyo 3. Trunojoyo adalah nama jalan di mana Mabes Polri berada. Trunojoyo 1 merujuk pada Kapolri, sementara Trunojoyo 2 mengacu pada Wakapolri.

Susnolah yang pertamakali mencetuskan istilah “cicak” melawan “buaya”. Ia yang memimpin penyelidikan dan penyidikan dalam perkara pimpinan KPK (nonaktif) Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah yang berujung pada penahanan terhadap keduanya.

Kepala Polri Bambang Hendarso Danuri akhirnya menyatakan permintaan maaf secara terbuka di hadapan para pemimpin media massa, Senin (2/11). Menurut Bambang, “cicak” dan “buaya” adalah pernyataan oknum pejabat Polri dan bukan pernyataan institusi Polri.

“Saya sebagai Kepala Polri meminta maaf atas pernyataan itu," tegas Bambang. Ia menegaskan, akan ada langkah konkret yang akan diambil terhadap Susno.

Nama Susno berulangkali juga disebut dalam percakapan telepon Anggodo dan sejumlah orang.

Pada 22 Juli terjadi percakapan antara Anggodo dan mantan Jaksa Agung Muda Intelijen Wisnu Baroto.

"Nanti malam saya rencananya ngajak si Edi (Edi Sumarsono) sama Ari (Ari Muladi) ketemu Truno 3 (Kabareskrim Komjen Susno Duadji)," kata Anggodo kepada Wisnu.

Pada 30 Juli 2009, Anggodo kembali menghubungi Wisnu.

Anggodo : Pak tadi jadi ketemu.
Wisnu : Udah, akhirnya Kosasih (pengacara) yang tahu persis teknis di sana. Suruh dikompromikan di sana. Kosasih juga sudah ketemu Pak Susno. Dia juga ketemu Pak Susno lagi dengan si Edi. Yang penting kalau dia tidak mengaku susah kita. Yang saya penting, dia menyatakan waktu itu supaya membayar Chandra atas perintah Antasari.
Anggodo : Nah itu. Wong waktu di malam si itu dipeluk anu tak nanya, kok situ bisa ngomong. Si Ari dipeluk karena teriak-teriak, dipeluk sama Chandra itu kejadian.
Wisnu : Bohong, nggak ada kejadian, kamuflase saja.

.....................

Anggodo : Susno itu dari awal berangkat sama saya ke Singapura, itu dia sudah tau Toni itu saya, sudah ngerti Pak. Yang penting dia enggak usah masalahin Susno itu kan urusan penyidik Pak. Yang penting dia ngakuin itu bahwa dia yang merintahken untuk nyogok Chandra, itu aja.
Wisnu : Sekarang begini, dia perintah kan udah Ari denger, you denger kan sudah selesai. Dia gak ngaku kan sal.. ga anu..gitu aja
Anggodo : Tapi kalo dia gak ngebantu kita Pak, terjerumus. Dia benci sama Susno
Wisnu : Biarin aja. Tapi nyatanya dia ngomong dipanggil Susno
Anggodo : Dipanggil cuma ditanyain aja, dipancing Susno
Wisnu : Saya sudah ingatken jangan nanti kena sasaran enggak, masuk penjara semua. Udah tak gitu-gituin juga

Dalam percakapan lain dengan seorang lelaki yang tidak diketahui identitasnya, Anggodo berucap dengan nada gembira soal kemenangan.

Anggodo : Ternyata Truno 3 komitmennya tinggi sama saya
Lelaki : O, gitu bos yo
Anggodo : Lho, kan wis mlebu bos (Lho, kan sudah masuk bos)
Lelaki : Iyo toh
Anggodo : Gak dilebokno tapi wis TSK, saiki nonaktif. Tapi gak gathuk koncone kene situk. (Gak dimasukkan, tapi sudah jadi tersangka. Sekarang nonaktif. Tapi, teman kita satu kena.)
Lelaki : OC
Anggodo : Dudu, Bibit. (Bukan, Bibit)
Lelaki : O, iku ternyata kene. (O, itu ternyata (teman) kita)
Anggodo : Lek iku kan jek kancane kene bos, tapi nek situk chandra sesuk dilebokno malah tak pateni neng njero. (Lha, itu kan temen sebenernya temen kita sendiri Bos, tapi kalau besok Chandra yang dimasukin malah saya bunuh di dalam)(don)