Minggu, Januari 27, 2008

Mantan Presiden Soeharto Dimakamkan Di Astana giri bangun bandara Sumarmo Disiagakan




KRC, Jakarta


Innalilahiwainalilahi Rojiun Soeharto akhirnya berpulang ke Rahmatullah. Jakarta yang sejak pagi hari mendung (berawan) seakan ikut melepas kepergian Soeharto. Isak tangis meledak di RSPP. Sanak keluarga Soeharto, semuanya berkumpul menjelang detik-detik terakhir Soeharto berulang ke Rachmatullah. Sebelumnya, Soeharto belum melewati masa-masa kritisnya setelah sejumlah organ tubuhnya gagal berfungsi. Menurut tim dokter yang merawatnya, sejumlah organ tubuhnya --jantung, paru dan ginjal-- gagal berfungsi. Lalu apa wasiat Soeharto? Jauh-jauh hari ketika ia masih berkuasa, Soeharto pernah berwasiat jika Tuhan memanggilnya kelak.
Ia minta dimakamkan di Astana Giri Bangun. Ketika itu menurut Soeharto, sebenarnya istrinya almarhum Bu Tien Soeharto bisa saja dimakamkan di taman makam pahlawan karena Bu Tien pemegang bintang gerilya. Akan tetapi, Bu Tien sendiri, kata Soeharto, telah mendirikan Yayasan Mangadeg Surakarta --makam keluarga di Astana Giri Bangun. "Dan masak kan saya akan pisah dari istri saya. Dengan sendirinya saya pun mintadimakamkan di Astana Giribangun bersama keluarga. Kami tidak mau menyusahkan anak cucu kami, jika mereka nanti berziarah," kata Soeharto seperti tertuang dalam buku otobiografinya, Soeharto, Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya.
Pada tahun 1989, Soeharto sudah mengetahui kalau tindakan mendirikan Astana Giribangun mengundang reaksi dari masyarakat. "Memang saya pun mendengar orang bicara bahwa belum juga saya mati, saya sudah membuat kuburan. Padahal yang sebenarnya kuburan itu kami buat untuk yang sudah meninggal, antaranya untuk ayah kami (mertua saya). Selain itu, pikiran saya menyebutkan, apa salahnya... sebab toh akhirnya kitaakan meninggal juga. Kalau mulai sekarang kita sudah memikirkannya, itu berarti kita tidak akan menyulitkan orang lain. Asalkan tidak menggunakan yang macam-macam, apa jeleknya?" tanyanya.
Soeharto juga membantah adanya isu bahwa Astana Giribangun itu dihiasi dengan emas. "Omong kosong. Tidak benar! Dilebih-lebihkan. Lihat sajalah sendiri," tutur Soeharto sambil menambahkan bahwa bangunan itu berlantaikan batu pualam dari Tulungagung.
Menurutnya, di ketiga pintu Astana Giribangun ada tulisan yang mengutip pucung, berisikan pegangan hidup yang sudah diajarkan nenek moyang secara turun temurun. "Hendaknya kita pandai-pandai menerima omongan orang yang menyakitkan tanpa harus sakit hati, ikhlas kehilangan tanpa menyesal dan pasrah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa."
Selain berbicara soal Astana Giribangun, Soeharto juga mengakui bahwa sebagai manusia dirinya tidak luput dari kesalahan. "Saya pun tahun saya tidak luput dari kesalahan. Maka seperti berulangkali pernah saya katakan, disini pun saya ulangi lagi, hendaknya orang lain mengikuti contoh-contoh yang baik yang telah saya berikan kepada nusa dan bangsa, dan menjauhi hal-hal yang buruk yang mungkin telah saya lakukan selama sayamemikul tugas saya," pesannya.
Apa wasiatnya? "Wasiat saya, sebenarnya bukan wasiat saya sendiri, melainkan wasiat atau pesan kita bersama. Yakni agar mereka yang sesudah kita benar-benar dapat menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila ini," tuturnya. (dn)

Tidak ada komentar: